Mengenai Saya

Foto saya
Perempuan kelahiran Kota Malang yang terus belajar, mencoba, lalu berkreasi
Hai! Selamat datang dan selamat menikmati sajian tulisan-tulisan yang semoga bermanfaat ini. Kotak saran dan kritik sangat terbuka, jadi jangan sungkan-sungkan untuk memberikan komentar. Jangan lupa menuliskan sumbernya ya jika mau merujuk tulisan-tulisan di blog ini. Have a nice surf :)

Rabu, 27 Juli 2011

Opera Sabun

OPERA SABUN
Oleh: Silka Yuanti Draditaswari



Cikeas hangus ketika gurita meninggal dengan kaki bersila
Tubuh menungging menghadap cicak dan tikus
Mereka menguburnya dengan Pancasila bersama Undang-Undang
Semut-semut pun berlarian ke Sabang-Merauke
Berdesakan menuju exit lima kali lima centimeter
Namun sial takkan pernah ke mana
Udara pengap menjadi nafas kehidupan
Ketika cicak dan tikus lakon dari opera sabun
Indonesia 1945 hingga sekarang

2011

MIMPI

MIMPI
Oleh: Silka Yuanti Draditaswari




Malam ini aku mungkin tidur dengan tenang
Dengan mimpi dimana aku berlari di taman rusa
Menari-nari hingga terjatuh
Dan tawapun menggelagar hingga daun-daun runtuh

Ketika terduduk memandang alam
Mereka menghampiriku
Memijat tubuhku yang bertumpuk daging steak
Memberiku segelas air susu sapi perah Meksiko

Aku tahu
Aku ini hebat perkasa
Tidak tergantikan selama delapan tahun
Aku adalah …. Sempurna

Namun kulihat dari kejauhan
Lampu neon yang melayang
Tabung gas 3kg yang melayang
Ke arah mukaku

“LISTRIK NAIK, PELAYANAN TIDAK NAIK! KAMI RUGI!”
“TABUNG GAS INI BUKAN MENSEJAHTERAKAN KAMI. TAPI MEMBUNUH KAMI!”
“TIDAK MENGERTI RELUNG HATI KAMI!”
Telingaku berdarah mendengar semuanya

Mereka yang memijat dan memberi segelas air susu sapi perah
Pergi kocar-kacir semrawutan semaunya sendiri
Menelan bulat-bulat mobil, laptop, rumah mereka
Takut pelempar lampu neon dan tabung gas mengambil paksa

Pelempar tak ada jeda melempar semua yang ada
Bidikan telah tepat kepadaku
Walaupun aku berlari jauh hingga Pluto
Aku tetap terkena hingga terluka

Bibirku berdarah membusuk
Mataku berlebam selebar telur
Gigiku gugur seperti daun
Apakah ini jati diriku?

Malam ini aku jadi tak tidur
Melihat luka-luka yang ada di wajahku
Aku tidak tenang
Mungkin, hingga ini entah berakhir kapan

2011

Impian dan Realita

IMPIAN DAN REALITA
Oleh: Silka Yuanti Draditaswari




Impian dan Realita
Adalah saudara kandung yang saling bergandengan erat
Berjalan menggandeng aku, kamu, dan dia
Ke dalam jurang mimpi
Mungkin jurang realita

Dia
Yang telah digandeng impian dan realita
Entah kenapa tak pernah menyambung dengan tali arinya
Dia
Tertunduk di depan impian
Yang tersandung karna realita
Dia
Tetap berkoneksi dengan realita
Tetap buta dengan impian
Tetap .... dan masih .... sekarang

Kamu
Yang telah digandeng impian dan realita
Entah kenapa tak pernah terjatuh
Ketika tangan kirimu menggandeng impian
Kamu bermain di taman mengejar kupu-kupu dengannya
Ketika tangan kananmu menggandeng realita
Kamu saling bercengkrama melongok lelaki tampan di seberang

Aku
Yang sedang menggandeng impian dan realita
Entah kenapa menarik tambang semuanya
Melepas impian di hadapan realita
Memungut impian belaka yang bermufakat dengan realita
Meninggalkan realita?
Sepertinya tak pernah terjadi hingga masa hidupku ini

Dia, telah mati dalam bara api
Kamu, telah pergi dengan harta impianmu
Aku,
Apakah yang harus dijawab untuk aku?

Dia kamu aku
Sedang mencicipi gairah duniawi
Impian dan realita adalah saudara sekandung
Yang kekal berjawara misteri

Garuda dalam Rantai Hidup

GARUDA DALAM RANTAI HIDUP
Oleh: Silka Yuanti Draditaswari




DULU

Dulu namaku Garuda. Dulu aku pijakan kepercayaan Tuanku yang terhomat. Dewa Wishnu adalah Tuanku. Dulu aku selalu makan enak dan minum enak. Dulu aku tak pernah mengeluh ketika panah memanahku. Karna dulu Tuanku menjadi satu jiwanya dalam diriku. Dulu kepalaku kokoh menengadah dan menunduk terhadap pemujaku. Dulu paruhku terjulur membengkok lentik ketika kesatuan pemuda loreng-loreng hendak mematahkan menjadi 5. Dulu sayapku terbentang lebar melindungi Sabang dan Merauke. Dulu cakarku tak pernah tak mengkait sampah negara demi kamu kamu kamu dan kamu, juga kita.

SEKARANG

Sekarang namaku Garuda Pancasila. Sekarang aku terpisah dari tangan Tuanku yang kusayang. Sekarang dewa Wishnu tidak pernah mengunjungiku karena sejarah yang dijadikan bantal tidur. Sekarang nasi yang kumakan hampir sama dengan aroma tai yang dikeluarkan oleh pemenang pilkada hingga pemilu. Sekarang air yang kuminum serasa lumpur yang meramaikan bumiku akhir-akhir ini. Sekarang aku ingin minggat ke rumah tetangga seberang. Karna pemujaku telah dibunuh oleh mereka sendiri. Mereka mati, hidup kembali. Mati hidup mati hidup.

MASA DEPAN
Masa depan adalah masa depan. Tangisan menjadi kotoran yang setiap detik tercicip oleh mulut mereka. Secarik kertas putih menjadi buruan emas. Garuda tertidur menunggu Dewa Wisnu membangunkannya

2011

Garuda dalam Pertiwi

GARUDA DALAM PERTIWI

GARUDA DALAM PERTIWI
Oleh: Silka Yuanti Draditaswari



Burungku runtuh
Ketika Wishnu meninggalkan alam menuju peraduannya
Burungku berubah bentuk
Ketika emasku meluntur menjadi tangisan
Sangat sendu
Pita hitam menutup mataku
Sayapku entah ke mana
Mungkin telah patah berkeping-keping
Burungku hilang
Ketika aku tertidur diabaikan bumi
Burungku hancur
Ketika kekarku digerogoti tikus biadab
Mencabik daging, mencabut cakar dari kekuasaan hukumku
Burungku jatuh
Ketika mereka memanah mataku dengan poundsterling
Burungku berkarat
Ketika anak cucuku mencuciku dengan air mani pop yang mencuci otak mereka
Burungku
Garudaku
Pancaku
Silaku, lenyap mengikuti kematian
Aku ingin Dewa Wishnu membawaku ke langit tujuh
Di mana aku bisa buta akan riwayat nusantara
Di mana aku menunggu tumbuhnya melati di kasur pertiwi

2011

Sontoloyo

SONTOLOYO
Oleh: Silka Yuanti Draditaswari




Begitulah …
Dalam satu malam
Tak dalam setengah hari
Semuanya terjadi
Ketika hasrat bergumul menjadi satu
Semua melakukannya
Setanpun bergembira di atas kemenangan
Kami hanya menikmati dalam penuh dosa
Was was tak terasa
Begitulah …
Dalam satu malam tidak setengah hari
Kami amnesia menjadi manusiaMu

2010

291110

TRANSFORMASI DALAM DEMOKRASI
Oleh: Silka Yuanti Draditaswari




Ibu melahirkan
Bayi putih mungil
Dengan mandi darah merah
Dalam jerit perdana

Bayi putih mungil
Yang di mukanya ada topeng Spiderman
Dengan kaos Batman dan celana Spongebob
Tidak memakai blangkon atau sarung

Bocah Spiderman, Batman, dan Spongebob
Tersilaukan kerlap kerlip lampu disko
Menjadi monyet dalam percintaan Galih dan Ratna
Rambut yang botak karna soal ujian kelulusan

Pemuda botak karna soal ujian kelulusan
Memegang secarik kertas hitam “Lulusan SMA Indonesia”
Dengan muka hitam, asam, kusam, pahit
Tidak ada yang mengambil kertas dan dirinya

Pemuda muka hitam, asam, kusam, pahit
Hampa bakat dalam diri
Nol besar dalam potensi diri
Menjadi tak terpelajar


Pemuda tak terpelajar hampa bakat dan potensi nol besar
Tertawar uang tikus-tikus
Terbawa bualan mual tikus-tikus
Kepala mengangguk untuk kehidupan penjara

Lelaki tertawar dan terbuai tikus-tikus
Memamerkan gigi gigi emas 24 karatnya
Tentu saja dengan jas berbulu domba
Dipasang dengan jelas dari Sabang sampai Merauke

Lelaki gigi emas 24 karat dengan jas berbulu domba
Duduk tertawa keji ke bawah kakinya
Bangga telah terpilih, merasa takdir
Yang tidak datang dari Tuhan

Bapak merasa mendapatkan takdir
Membuat bom dan nuklir dan pelindung dari senjata
Untuk menghancurkan orang kecil yang hancur
Merampas semua harta jiwa yang ada dalam tubuh mereka

Bapak dengan bom nuklir serta pelindung dari senjata
Mulai dihajar dengan kaumnya sendiri
Mereka sadar dari lubuk hati
Bapak biadab pencuri harta jiwa mereka itu patut dihajar


Kakek renta pencuri harta jiwa orang kecil
Berlari dari negara berpagar hukum kapas
Mendatangi gua tetangga dengan rampasannya
Sambil menghisap cerutu emas

Arwah penghisap cerutu emas
Berenang takut dalam sekam api
Menjerit perdana
tapi tidak bayi tadi

280709

BADAI RUMAH BOCAH
Oleh: Silka Yuanti Draditaswari




Tidak sekali
Atau dua kali
Ini sudah berkali-kali
Hingga lupa yang ke berapa

Jeritan ampun bocah
Yang tanpa arah
Bergelut dengan tangis
Yang tak mau reda

Mohon pengampunan
Untuk mawar yang ia kasihi
Untuk rahim yang dulu
Ia singgahi

Terusir dengan hina
Tersiksa tanpa kasih
Terluka tanpa obat

ahh,,
Dia hanyalah bocah
Bocah kecil nakal
Yang haus cinta kasih sayang

Dia tak butuh tamparan
Tak butuh makian
Tidak butuh itu semua
Tidak !

Dia hanya ingin kasih
Tetesan air mata
Jemari lembut
tuk membelai rambut kusamnya

tuhan tahu dia bocah salah
namun,
tidak semua kesalahan
dibalas dengan salah

hanya kasih sayang
hanya cinta tulus
semuanya ini
kan menjadi tak salah

2009

181110

KETIKA IBUKU DI NEGARA ASING
Oleh: Silka Yuanti Draditaswari




Jangan Ibu kami!
Yang kau kuliti setiap hari
Dengan kuku porselen hitammu

Buanglah Ibu kami!
Pada kami yang mengasihi
Bersujud setiap waktu untuk Ibu
Meminta lindungan dari panas dan minyakmu

Jangan Ibu kami!
Yang kau simpan uangnya dalam behamu
Kau yang tak pernah tahu bulan dan tahun
Lalu membantingnya dengan kelingking
Hingga punggung Ibuku, oh,, tidak!
Aku tak sanggup!

Tolong. Janganlah Ibu kami
Yang kau pilih untuk nafsumu
Kembalikan Ibu kami
Kau tak mengerti jiwa kami, raga kami.
Kami hanya ingin Ibuku
Bukan abu Ibuku

180810

kasihKu
Oleh: Silka Yuanti Draditaswari




Lima waktu bibirMu mengadu
Lima waktu hasratMu mendongeng
Lima waktu mataMu berlinang
Lima waktu hatiMu menyungging manis
Lima waktu panggilanMu membaca kehidupanMu
Lima waktu ragaMu meminta ampun
Lima waktu seonggok dagingMu tak berdaya
Mohon ampun, mohon ampun, mohon ampun
Mungkin
Lima waktu dalam hariMu
Lima waktu dalam bulanMu
Lima waktu dalam tahunMu
Lima waktu dalam ………………..
Kasihku
Kurasa tak mungkin berujung

150210

IBU
Oleh: Silka Yuanti Draditaswari




Kelak Tuhan memberi kehidupan kedua
Aku akan mencium telapak kaki Ibuku
Setiap detik
Setiap menit
Setiap jam
Setiap hari
Setiap minggu
Setiap bulan
Setiap tahun
Takkan pernah satupun kulewati
Hanya untuk mencium telapak kaki Ibuku
Mencium, mencium, mencium
Telapak kaki
Ibuku seorang

2010