Mengenai Saya

Foto saya
Perempuan kelahiran Kota Malang yang terus belajar, mencoba, lalu berkreasi
Hai! Selamat datang dan selamat menikmati sajian tulisan-tulisan yang semoga bermanfaat ini. Kotak saran dan kritik sangat terbuka, jadi jangan sungkan-sungkan untuk memberikan komentar. Jangan lupa menuliskan sumbernya ya jika mau merujuk tulisan-tulisan di blog ini. Have a nice surf :)

Sabtu, 20 Juli 2013

PERPANJANGAN TANGGAL PENDAFTARAN SAYEMBARA MENULIS CERPEN SE JAWA BALI 2013 FLP RANTING UM



Sayembara Menulis Cerpen Se Jawa-Bali adalah ajang lomba menulis yang telah diadakan oleh Forum Lingkar Pena (FLP) Ranting Universitas Negeri Malang (UM) sejak tahun 2007. Respon positif dari masyarakat dengan banyaknya peserta pelajar, mahasiswa, dan umum yang ikut mendaftar serta mendukung sayembara ini membuat FLP Ranting UM rutin setiap tahunnya mengadakan Sayembara Menulis Cerpen Se Jawa-Bali. Di tahun ini, FLP Ranting UM kembali mengadakan Sayembara Menulis Cerpen Se Jawa-Bali dengan tema "Selaksa Mutiara Ramadhan, Berjuta Kisah Cerita".

Penyelenggara
FLP Ranting UM

Waktu Pendaftaran
1 Mei - 20 Juli 2013

WAKTU PERPANJANGAN PENDAFTARAN
21 JULI 2013 - 27 JULI 2013

Hadiah
1. 10 cerpen terbaik mendapatkan sertifikat
2. Total hadiah jutaan rupiah

Biaya Pendaftaran
1.    Mahasiswa/ Umum       Rp 20.000,00
     Pelajar/ SMA/ SMP       Rp 15.000,00
2.    Biaya pendaftaran dikirim ke nomor rekening BRI 1662-01-000060-50-2 atas nama Wulan Candra Buana

Pengiriman Naskah:
1.    Scan identitas diri (KTP/ KTM/ Kartu Pelajar) dan bukti pembayaran di bank.
2.    Melampirkan biodata diri (tulis di halaman terpisah)
3.    Naskah cerpen dikirim ke email flprantingum@gmail.com dengan melampirkan identitas diri, bukti pembayaran, dan biodata diri.

Pengumuman Pemenang
Pemenang akan diumumkan melalui blog FLP UM pada tanggal 24 Agustus 2013.

Informasi
1.    Dicha      085790712011
2.    Nona       085739788555
3.    Website   flprantingum.blogspot.com

Jumat, 19 Juli 2013

DICARI: BUDAYA MEMBACA


DICARI: BUDAYA MEMBACA

Oleh Silka Yuanti Draditaswari
Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia
Universitas Negeri Malang


Seiring perkembangan zaman, masyarakat lebih tertarik mencari hiburan instan yang tidak membutuhkan proses berpikir mendalam. Menjamurnya telepon genggam sebagai media jejaring sosial atau media game yang canggih dan keren menjadi salah satu bukti nyata hiburan instan. Belum ada yang menawarkan dirinya sebagai media membaca paling praktis, paling canggih, atau paling mudah digunakan di mana saja. Hal ini pun menjadi satu bukti bahwa minat baca masyarakat Indonesia sangat rendah. Pendapat ini dikuatkan dengan hasil survei terbaru dari UNESCO (2012) yang menunjukkan 1 dari 10.000 rakyat Indonesia (0,01 %) memiliki keinginan membaca. Sementara itu, minat baca di Jepang mencapai 45 % dan Singapura mencapai 55 %. Jelas sudah bahwa Indonesia tertinggal jauh dalam hal menggali ilmu pengetahuan. Bukankah kondisi ini sangat ironis? Mengingat Indonesia adalah negara berkembang yang cukup pesat pertumbuhannya?
Membaca merupakan kegiatan yang dapat mengasah otak dengan baik. Melalui membaca, otak akan bekerja untuk memahami dan perasaan akan bekerja untuk merasakan tulisan yang dibaca. Secara tidak langsung, pembaca mendapatkan tambahan pengetahuan baru tentang suatu hal. Membaca juga memberikan kesehatan pada otot mata yang terlatih untuk membaca secara teliti. Dengan demikian, membaca memberikan manfaat yang banyak kepada pembacanya.
Sebenarnya, mudah sekali untuk menemukan budaya membaca itu. Coba tengoklah sebentar definisi budaya. Budaya adalah sesuatu beradab yang telah menjadi kebiasaan dan sukar diubah. Untuk menemukan budaya membaca, maka perlu diciptakan kebiasaan membaca. Kebiasaan ini dapat tercipta dari keluarga yang dapat mengajak anak untuk membiasakan budaya membaca bersama daripada mencari hiburan yang instan. Guru dapat mengajak siswa untuk memberikan porsi pembelajaran lebih banyak dan mengajak siswa untuk mengerjakan tugas dengan membaca buku sebanyak-banyaknya. Begitu pula dengan lingkungan yang harus bisa menciptakan lingkungan membaca di tempat-tempat umum, seperti terminal, stasiun, dan lain-lain. Lingkungan membaca ini berisi tempat-tempat khusus untuk membaca, juga persedian buku-buku yang banyak, sehingga seluruh masyarakat dapat terbiasa membaca buku di mana saja dan kapan saja dengan mudah.
Mudah bukan untuk menemukan budaya membaca? Oleh karena itu, sudah saatnya seluruh elemen masyarakat bangkit untuk mencari dan membangun budaya membaca demi mewujudkan SDM unggul untuk menghadapi persaingan globalisasi serta menciptakan pertumbuhan pesat yang berilmu. Marilah mewujudkan budaya membaca dengan memulainya pada diri sendiri.