Pembelajaran
Nilai Religi Berdasarkan Cerpen
Oleh: Silka Yuanti Draditaswari
Mahasiswa Sastra Indonesia
Universitas Negeri Malang
Abstrak: Cerpen merupakan salah satu karya sastra fiksi
yang mengandung banyak nilai kehidupan, salah satunya nilai religi. Nilai religi perlu diajarkan kepada
siswa sebagai pembentuk moral. Pembelajaran nilai religi dalam cerpen dapat
menggunakan model analisis nilai-nilai dengan menggunakan topik cerpen tertentu
yang diperkirakan kaya akan nilai religi. Karya cerpen yang digunakan disamping
berfungsi sebagai sumber pembelajaran, juga sebagai media pembelajaran yang
digunakan siswa untuk menganalisis nilai-nilai religi.
Kata Kunci: cerpen, nilai religi, pembelajaran
Sastra merupakan jenis tulisan yang
memiliki arti atau keindahan tertentu. Sastra identik dengan fiksi yang berarti
cerita rekaan mengandung imajinasi atau daya khayal. Sastra bersumber dari
realita-realita kehidupan di dalam masyarakat. Sebuah karya sastra mengungkapkan
tentang manusia dan kemanusiaan dalam konteks kehidupan sosial. Esten (1978:9)
mengungkapkan bahwa kesusastraan merupakan pengungkapan dari fakta artistik dan
imjinatif sebagai manifestasi kehidupan melalui bahasa sebagai medium dan
mempunyai efek yang positif terhadap kehidupan manusia. Pada dasarnya karya
sastra merupakan karya cipta yang mengungkapkan kembali pengamatan dan
pengalaman pengarang tentang peristiwa pada kehidupan yang menarik.
Peristiwa-peristiwa itu merupakan peristiwa nyata atau mungkin hanya terjadi
dalam dunia khayal pengarang. Sastra memiliki dunia sendiri. Suatu kehidupan
yang tidak harus identik dengan kenyataan.
Bentuk-bentuk
karya sastra itu ada bermacam-macam seperti novel, cerpen (cerita pendek),
syair, pantun, drama, dan lukisan. Cerpen adalah salah satu contoh karya sastra
yang telah dikenal atau sudah tidak asing lagi bagi masyarakat luas. Cerpen
merupakan pengungkapan suatu kesan yang hidup dari fragmen kehidupan manusia (Esten,
1978:12). Cerpen berfungsi sebagai gambaran kehidupan manusia dari generasi ke
generasi lain dan dari satu zaman ke zaman berikutnya. Seorang penulis yang
baik akan berusaha mendekati kehidupan dengan menghasilkan karya sastra yang
bermakna. Dengan cerpen, pembaca akan memperoleh pemikiran dan
pengalaman-pengalaman yang sangat bermanfaat bagi kehidupannya.
Gambaran kehidupan
manusia yang ditulis penulis cerpen merupakan alur cerita atau narasi dalam
cerpen. Hal itu merupakan dinamika kehidupan yang menyangkut kebahagiaan,
kesedihan, kegagalan, dan keberhasilan manusia. Dari dinamika cerpen itulah
tersirat adanya nilai-nilai kehidupan. Nilai kehidupan mencakup berbagai aspek,
yaitu nilai moral, nilai religi, nilai kejujuran, nilai tanggung jawab, dan
nilai tenggang rasa. Seluruh nilai tersebut memiliki sisi keunggulannya
masing-masing. Hal ini berarti ada nilai kehidupan yang positif terutama
nilai-nilai yang terkait dengan hubungan antar manusia, manusia dengan
penciptanya. Nilai-nilai tersebut merupakan nilai-nilai religi yang dikandung
dalam sebuah cerpen. Biasanya cerpen menggambarkan nilai-nilai religi itu dalam
plot cerita seperti ukuran (pada diri seseorang) tentang tingkah laku (sikap,
kata, situasi, dan lain-lain) yang tercermin pada sikap, kata, dan perbuatan
dalam kehidupan sehari-hari. Nilai religi memiliki sisi keunggulan dimana
religi merupakan fondasi pertama manusia. Karna itulah nilai religi sangatlah
penting untuk dipahami. Ditambah maraknya sastra religi membuat nilai religi
ini lebih penting lagi untuk dianalisis, dipahami, dan diresapi maknanya.
Dalam kurikulum
Bahasa Indonesia, cerpen dipelajari pada keempat aspek yaitu menulis,
mendengarkan, membaca, dan berbicara. Sesuai dengan tema artikel ini,
pembelajaran cerpen ditekankan pada aspek membaca. Lewat membaca itulah
diharapkan siswa dapat melakukan analisis terhadap nilai religi yang ada dalam
satu cerpen. Sebagai contoh, dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas IX
SMP, terdapat rumusan kompetensi dasar menganalisis nilai kehidupan cerpen pada
satu buku kumpulan cerpen. Hal ini berarti pembelajaran nilai religi
berdasarkan cerpen sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar kurikulum Bahasa
Indonesia. Hasil analisis diharapkan siswa dapat mengklasifikasi macam-macam
nilai religi dan manfaat nilai religi. Religi ini penting juga bagi siswa agar
lebih mudah dan kritis dalam menganalisis nilai-nilai religi yang terdapat
dalam cerpen. Dengan semakin mudah dan kritis dalam menganalisis, maka siswa
dapat memahami nilai, meresapi nilai, mengkritisi nilai, dan dapat menghasilkan
sebuah tindakan positif dari nilai yang telah diresapi tersebut. Bagi guru, diharapkan
memiliki keterampilan membelajarkan nilai religi melalui cerpen. Rencana,
proses, dan hasil pembelajaran dapat ditulis menjadi karya ilmiah bertemakan
pembelajaran nilai melalui cerpen. Artikel ini juga dapat ditindaklanjuti
menjadi topik penelitian yang dapat dikerjakan oleh para peneliti untuk
mendalami lebih lanjut pembelajaran nilai religi yang terdapat dalam cerpen
maupun karya sastra yang lain.
Dari uraian diatas, maka akan dibahas lebih jelas mengenai pembelajaran
nilai-nilai religi pada cerpen. Pokok-pokok masalah yang akan dibahas meliputi
penjelasan tentang (a) hakikat cerita pendek, (b) hakikat nilai religi, (c) teknik
menemukan nilai religi pada cerpen, dan (d) pembelajaran nilai religi.
Berdasarkan pokok-pokok masalah tesebut, artikel ini bertujuan untuk (a) menjelaskan hakikat cerita pendek, (b)
menjelaskan hakikat nilai religi, (c) menginformasikan teknik menemukan nilai
religi pada cerpen, dan (d) membahas pembelajaran nilai religi.
HAKIKAT
CERITA PENDEK (CERPEN)
Cerita pendek atau cerpen adalah salah satu karya sastra yang telah
dikenal oleh masyarakat dari kalangan manapun. Cerpen adalah cerita yang pada
hakikatnya merupakan salah satu wujud pernyataan seni yang menggunakan bahasa
sebagai media komunikasi. Cerpen telah menjadi salah satu wadah kreatifitas bagi
penulis dan hiburan bagi pembacanya.
Bagi penulis, cerpen merupakan wadah kreatifitas untuk menyampaikan/
menuangkan ide-ide yang memiliki nilai sebagai refleksi atau inspirasi untuk
pembaca. Suroto (1989:18) berpendapat bahwa cerpen merupakan suatu karangan
prosa yang berisi cerita sebuah persitiwa kehidupan manusia pelaku dalam cerita
tersebut. Pernyataan ini sama dengan Esten (1978:12) yang menerangkan bahwa
cerpan adalah pengungkapan suatu kesan yang hidup dari fragmen kehidupan
manusia. Interpretasi pengarang terhadap kehidupan dituangkan dalam cerpen,
dimana dalam cerpen berisi cerita rekaan yang masalahnya singkat, jelas, padat,
dan terkonsentrasi pada suatu peristiwa.
Bagi pembaca, cerpen adalah sebuah bacaan fiksi yang pesannya dapat
didapat dalam sekali baca. Cerpen mengandung cerita penggalan hidup manusia
yang ditulis secara fiksi agar menarik dan tidak membosankan. Dalam cerpen,
dikisahkan sepenggal kehidupan tokoh (pelaku) yang penuh pertikaian, penuh
peristiwa yang mengharukan/ menyenangkan, dan mengandung kesan yang tidak mudah
dilupakan (Wiyanto, 2005:100). Dengan dibuatnya alur cerita yang tidak
membosankan dan peristiwa yang menarik, pembaca dapat mengambil nilai/ amanat
dari cerpen tersebut. Pergolakan jiwa pada diri pelaku dalam cerpen yang dapat
menyentuh nurani pembaca dapat dikategorikan sebagai sebuah nilai terbaik dari
cerpen itu sendiri.
HAKIKAT
NILAI RELIGI
Nilai religius merupakan salah satu nilai yang termasuk dalam nilai
moral. Secara umum moral mencakup tentang ajaran baik buruk yang diterima
secara umum. Ajaran baik buruk tersebut adalah perbuatan, sikap, kewajiban,
akhlak, budi pekerti, susila, dan sebagainya. Moral dalam karya sastra biasanya
mencerminkan pandangan mengenai pandangan hidup pengarang yang bersangkutan
dengan nilai-nilai kebenaran. Nilai-nilai kebenaran itulah yang ingin
disampaikannya kepada pembaca (Nurgiyantoro, 2005:320—321). Moral dalam cerita
bersifat praktis, yaitu dapat ditafsirkan oleh pembaca. Moral dalam cerita
pendek berarti dapat dipahami pembaca dengan mudah. Moral ini dijabarkan
melalui percakapan dan sikap tokoh dalam cerpen.
Istilah religi bersifat mengatasi lebih dalam dan lebih luas. Hal ini
dikarenakan istilah religi lebih menjunjung tinggi sifat-sifat manusiawi
(peduli sesama), hati nurani, harkat, dan martabat serta kebebasan pribadi yang
dimiliki manusia (Nurgiyantoro, 2005:321). Nilai religius merupakan nilai yang
bertujuan untuk menyadarkan manusia sebagai human nature (manusia
seutuhnya). Religi tidak hanya menyangkut segi kehidupan secara lahiriah
melainkan juga menyangkut keseluruhan diri pribadi manusia secara total dalam
integrasinya hubungan ke dalam keesaan Tuhan (Nurgiyantoro, 2005:323). Berdasarkan
teori-teori tersebut dapat dijabarkan bahwa bentuk-bentuk dari nilai-nilai
religi seperti nilai ketaqwaan, keimanan, tawakal, kesabaran, kejujuran,
empati, saling menghormati, tolong menolong, dan lain-lain.
Nilai religi bertujuan untuk mendidik agar manusia lebih baik dan selalu
ingat kepada Tuhan. Nilai religi yang terkandung dalam cerpen dimaksudkan agar
pembaca mendapatkan renungan-renungan batin dalam kehidupan yang bersumber pada
nilai-nilai agama. Nilai religi merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak
serta bersumber pada kepercayaan atau keyakinan manusia.
TEKNIK
MENEMUKAN NILAI RELIGI PADA CERPEN
Dalam karya sastra, nilai religi disampaikan pengarang secara eksplisit
dengan mendorong atau mempengaruhi pembaca untuk memahami, menghayati, dan
menyadari masalah serta ide mengenai nilai religi tersebut. Proses dimana
pembaca, yaitu siswa sebagai peserta didik mata pelajaran Bahasa Indonesia,
dapat menemukan nilai religi tersebut terdapat tiga tahap, yaitu tahap memahami
ciri-ciri nilai religi, tahap membaca pemahaman, dan tahap menganalisis.
Nilai religi bersifat praktis, sebab nilai religi dapat ditampilkan atau
ditemukan modelnya dalam kehidupan nyata sebagaimana model yang ditampilkan
dalam cerita itu lewat sikap dan tingkah laku tokoh-tokohnya. Dengan begitu,
pembaca dapat mengambil dan meresapi nilai-nilai religi yang terdapat dalam
cerpen dengan mudah . Ciri-ciri dari nilai religi tersebut adalah (1) nilai
tersebut bersifat mutlak (2) merupakan petunjuk bagi manusia dalam
menyelenggarakan tata cara hidup yang nyata, dan (3) menekankan pada
ketentraman batin, keselarasan, dan keseimbangan serta sikap menerima terhadap apa
yang terjadi (Nurgiyantoro, 2005:325). Nilai dalam cerpen tidak selalu berada
di akhir cerita. Nilai dalam cerpen terdapat di berbagai bagian cerita.
Berdasarkan ciri-ciri tersebut, perlu dilanjutkan dengan kegiatan membaca
cerpen. Membaca adalah suatu proses aktif yang dilakukan serta digunakan oleh
pembaca untuk memperoleh pesan yang disampaikan penulis melalui media bahasa
tulis (Fardia, 2010:16). Terdapat dua ragam membaca, yaitu membaca nyaring (reading
out loud) dan membaca dalam hati (silent reading). Membaca nyaring
adalah proses melisankan sebuah tulisan dengan memperhatikan suara, intonasi,
dan tekanan secara tepat yang diikuti oleh pemahaman makna bacaan oleh pembaca
(Rahim, 2007:121). Membaca dalam hati adalah membaca yang dilakukan tanpa suara
dengan tujuan untuk memahami isi teks secara lebih mendalam (Rahim, 2007:121).
Membaca dalam hati dibagi menjadi dua, yaitu membaca ekstensif dan intensif
(Fardia, 2010:17).
Membaca intensif adalah membaca secara cermat untuk memahami suatu teks
secara tepat dan akurat (Fardia, 2010:17). Tujuannya adalah untuk memperoleh
sukses dalam pemahaman penuh terhadap argumen-argumen yang logis. Membaca
intensif meliputi membaca telaah isi yang bertujuan menangkap ide-ide dalam
bacaan yang mencakup membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, dan
membaca ide (Fardia, 2010:18). Membaca pemahaman dapat digunakan sebagai
pembelajaran karena kekhasannya. Kekhasan pembelajaran ini terletak pada aspek
keterampilan yang akan dibelajarkan mulai dari tahap prabaca, saat baca, dan
pascabaca. Teknik dari membaca pemahaman tersebut terdapat dua, yaitu teknik
scanning dan skimming. Teknik scanning merupakan teknik membaca untuk
mendapatkan suatu informasi dengan mencari fakta khusus dan informasi tertentu.
Teknik simming merupakan tindakan untuk mengambil intisari atau saripati dari
suatu hal (Fardia, 2010:22—23). Dengan menggunakan teknik membaca skimming,
siswa dapat menemukan nilai religi berdasarkan ciri-ciri nilai di atas dengan
intisari yang penuh dan tepat.
Untuk memaknai nilai religi tersebut, perlu kegiatan analisis yang akurat
agar mencapai pemaknaan atau pemahaman yang mendalam. Menganalisis melibatkan
proses memecah-mecah materi menjadi bagian-bagian kecil dan menentukan hubungan
antar bagian dan antara setiap bagian dan struktur keseluruhannya. Menganalisis
ini meliputi proses kognitif membedakan, mengorganisasi, dan mengaribusikan. Membedakan
melibatkan proses memilah bagian yang relevan atau penting dari sebuah
struktur, proses mengorganisasi secara struktural, dan menentukan bagian-bagian
yang sesuai dengan struktur keseluruhannya. Mengorganisasi melibatkan proses
mengidentifikasi elemen komunikasi atau situasi dan proses mengenali elemen
yang membentuk sebuah struktur koheren. Sedangkan mengatribusikan melibatkan
proses dekonstruksi, yaitu penentuan tujuan pengarang tulisan (Longman,
2010:120—124).
Berikut akan dicontohkan mengenai teknik menemukan nilai religi pada
cerpen “Robohnya Surau Kami”. Dalam awal cerita dapat ditemukan bahwa tokoh
kakek merupakan seseorang yang taat ibadah. Penjelasan tersebut terdapat dalam
kutipan cerpen berikut “dan di pelantaran kiri surau itu akan Tuan temui
seorang tua yang biasanya duduk di sana dengan segala tingkah ketuaannya dan
ketaatannya beribadat. Sudah bertahun-tahun ia sebagai garin, penjaga
surau itu. Orang-orang memanggilnya kakek”. Nilai religi ketaatan ini merupakan
contoh dari ciri nilai religi merupakan petunjuk bagi manusia dalam
menyelenggarakan tata cara hidup yang nyata.
Selanjutnya, pada kalimat kedua tertulis “orang-orang suka meminta tolong
kepadanya, sedangkan ia tak pernah meminta imbalan apa-apa”. Pada kalimat ini
terdapat nilai religi keikhlasan yang dimiliki oleh tokoh kakek. Tokoh kakek
adalah orang yang suka menolong tanpa pamrih kepada orang lain. Keikhlasan
merupakan sifat terpuji yang mutlak terdapat dalam kitab suci. Sifat ini juga
merupakan contoh dari ciri nilai religi menekankan pada ketentraman batin,
keselarasan, dan keseimbangan serta sikap menerima terhadap apa yang terjadi.
Pada kalimat keempat terdapat nilai religi yang menerangkan bahwa tokoh
kakek memiliki sifat sabar dan tawakal, berikut kutipannya “Sudah lama aku
tidak marah-marah lagi. Takut aku kalau imanku rusak karenanya, ibadatku rusak
karenanya. Sudah lama aku berbuat baik, beribadat, bertawakal kepada Tuhan.
Sudah begitu lama aku menyerahkan diriku kepada-Nya. Dan Tuhan akan mengasihi
orang-orang yang bertawakal.”. Dari kutipan tersebut, terlihat jelas perasaan
takut kakek akan rusaknya amalan-amalan dan ibadah-ibadah yang telah ia lakukan
selama ini. Ia hanya menyerahkan hidupnya dengan bertawakal kepada Tuhan.
Sifat sabar dan tawakal yang telah dianalisis di atas merupakan contoh
dari ketiga ciri-ciri nilai religi. Sifat sabar dan tawakal merupakan sifat
yang mutlak terdapat dalam kitab suci. Dengan sabar dan tawakal, maka manusia
dapat menjalani kehidupan dengan tenteram dan seimbang.
PEMBELAJARAN
NILAI RELIGI PADA CERPEN
Pembelajaran nilai religi pada cerpen merupakan pembelajaran dari aspek
membaca dengan kompetensi dasar SMP kelas IX menganalisis nilai-nilai kehidupan
cerpen pada satu buku kumpulan cerpen. Untuk mencapai kompetensi dasar
tersebut, maka guru harus mampu menguasai tujuan, materi, model, media, dan
sumber dari pembelajaran yang akan diajarkan. Langkah-langkah pembelajaran
nilai religi pada cerpen meliputi tiga tahap, yaitu kegiatan awal, inti, dan
akhir.
Pentingnya tahap awal pembelajaran direncanakan dan dilaksanakan dalam
rangka menciptakan suasana kelas yang siap untuk menerima pembelajaran. Agar
siswa lebih terfokus, guru harus menjelaskan tujuan dan manfaat pembelajaran. Sedangkan
apersepsi dapat menggambarkan skemata awal yang dimiliki oleh siswa.
Pada tahap inti pembelajaran, skemata tersebut dikembangkan lebih lanjut
oleh setiap siswa dengan memahami materi yang didialogkan dengan guru. Berdasarkan
skemata tiap siswa, guru mulai memberi tugas membaca cerpen, memahami
langkah-langkah menemukan nilai, kemudian menggunakannya untuk menganalisis
nilai-nilai religi dalam cerpen yang sudah dibagikan. Untuk mendalami lebih
lanjut nilai-nilai religi, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berdialog dengan teman secara kooperatif mengenai hakikat nilai-nilai religi
yang ditemukan. Guru berperan sebagai fasilitator dan memberikan reinforcement
terhadap proses belajar siswa.
Pada tahap akhir pembelajaran, siswa dididik untuk terbiasa mengambil
kesimpulan mengenai nilai-nilai religi yang telah ditemukan di bawah bimbingan
guru. Kesimpulan tersebut diharapkan merupakan rumusan siswa sendiri, dengan
kriteria terdapat klasifikasi dan hakikat nilai religi. Penilaian pembelajaran
perlu dilaksanakan guru agar mencapai penilaian yang maksimal untuk proses
pembelajaran siswa. Penilaian merupakan bagian dari evaluasi yang menyangkut
penilaian proses dan hasil. Sasaran penilaian proses adalah pelaksanaan dan
pengelolaan pembelajaran (Indrayanto, 2010). Penilaian hasil dapat dilihat dari
lembar jawaban kerja siswa yang diberikan oleh guru. Selain itu, perlu
dilakukan refleksi bersama guru siswa mengenai kendala yang dialami siswa dan
manfaat nilai religi yang dapat diambil untuk diterapkan dalam kehidupan siswa.
Uraian di atas dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai kegiatan praktis
pembelajaran yang menampilkan urutan sistematis aktivitas guru dan siswa. Pada
kegiatan awal, guru dan siswa menampilkan aktivitas: (1) guru mengkondisikan
suasana kelas, (2) guru melakukan apersepsi, (3) guru dan siswa berdialog tentang
tujuan dan manfaat pembelajaran. Pada kegiatan inti, guru dan siswa melakukan
aktivitas: (1) guru dan siswa membahas materi pembelajaran berupa cerpen,
nilai-nilai religi, teknik menemukan nilai religi, (2) guru menugaskan siswa
untuk membaca cerpen yang telah dibagikan kepada masing-masing siswa, (3) guru
menanyakan kepada siswa mengenai garis besar cerita yang telah mereka baca, (4)
guru menugaskan siswa menemukan nilai menggunakan teknik menemukan nilai
religi, (5) siswa berdialog dengan temannya nilai religi yang sudah ditemukan,
(6) guru menugaskan siswa menuliskan dan menjelaskan analisis dari nilai-nilai religi cerpen yang telah
ditemukan di lembar jawaban yang telah diberikan, (7) lembar jawaban dikumpulkan
kepada guru, (8) guru menugaskan beberapa siswa untuk menjelaskan nilai religi
cerpen yang telah ditemukan. Kegiatan akhir meliputi: (1) guru bersama siswa
menarik kesimpulan dari pembelajaran menganalisis nilai religi pada cerpen
tersebut, (2) guru melaksanakan penilaian untuk mengetahui pencapaian
kompetensi yang telah ditetapkan (3) guru bersama siswa mengadakan refleksi
meliputi kendala siswa dalam menganalisis nilai religi pada cerpen, manfaat
nilai religi yang ditemukan.
PENUTUP
Pembelajaran nilai
religi pada cerpen yang berdasarkan kompetensi dasar menganalisis nilai-nilai
kehidupan cerpen pada satu buku kumpulan cerpen merupakan pembelajaran yang
menekankan pada aspek membaca dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Desain
pembelajaran dikembangkan berdasarkan tiga tahap pembelajaran, yaitu tahap
awal, inti, dan akhir. Ketiga tahap itu saling berkaitan sebagai satu kesatuan dalam
kerangka penggalian dan analisis nilai-nilai religi cerpen. Dalam hal ini,
peran siswa lebih aktif karna diposisikan sebagai subyek yang melakukan
aktivitas belajar. Peran seperti inilah yang diharapkan dapat memberikan
pengalaman dan hasil belajar berdasarkan temuan siswa sendiri. Selain itu,
dengan pembelajaran nilai religi pada cerpen, siswa dapat membaca lebih kritis
dan teliti dalam menganalisis nilai-nilainya. Untuk mencapai hasil yang kritis
dan teliti, siswa juga perlu untuk meresapi cerita dan nilai tersebut. Dengan
begitu, selain mencapai hasil analisis yang krisis dan teliti, siswa juga dapat
meresapi nilai tersebut dalam kehidupannya. Dalam menganalisis nilai religi,
siswa perlu memahami apa hakikat dari nilai religi dan ciri-ciri dari nilai
religi agar dapat menemukannya di dalam cerpen dengan mudah dan tepat.
Guru sebagai
penuntun siswa dalam proses pembelajaran harus bisa membuat pembelajaran yang
menarik dan menyenangkan agar siswa dapat menerima pembelajaran dengan jelas
dan menyenangkan. Guru harus menguasai materi yang akan diberikan juga kondisi
siswa yang akan diajar. Oleh karna itu, keterampilan dan penguasaan seorang
guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran sangatlah
penting. Dengan begitu, siswa juga merasa tidak terbebani selama proses
pembelajaran. Dengan kinerja yang bagus antara guru dengan siswa akan tercipta
proses pembelajaran yang baik, inovatif, menarik dan siswa dapat termotivasi sehingga
dapat mencapai tujuan pembelajaran yang baik sesuai standar ketuntasan minimal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar