APA KABAR HARI BUKU
NASIONAL?
Oleh Silka Yuanti Draditaswari
Mahasiswa Sastra Indonesia
Universitas Negeri Malang
Apa Hari Buku
Nasional Itu?
Indonesia
pertama kali merayakan Hari Buku Nasional pada tanggal 17 Mei tahun 2006. Hari
Buku Nasional sendiri dicanangkan oleh Menteri Pendidikan Nasional RI tahun 2004 Abdul Malik Fadjar bersama Forum
Indonesia Membaca dengan tujuan meningkatkan minat baca masyarakat menjadi
lebih baik. Sayangnya, Hari Buku Nasional ini belum terdengar gaungnya oleh masyarakat.
Tanggal 17 Mei menjadi tanggal yang sama dengan tanggal-tanggal biasanya,
karena tidak ada perayaan khusus terhadap Hari Buku Nasional. Selain itu, belum
adanya perubahan yang membaik terhadap minat baca Indonesia membuat Hari Buku
Nasional semakin tenggelam keberadaannya. Jika begitu, apakah Hari Buku
Nasional dapat membantu peningkatan minat baca masyarakat Indonesia selama ini?
Minat Baca yang
Rendah
Menurut
Fadli Zon, intelektual serta budayawan, survei terbaru menunjukkan bahwa minat
baca masyarakat Indonesia masih sangat rendah, yakni 0,01 persen. Ini berarti
hanya 1 dari 10.000 orang yang memiliki keinginan membaca. Sementara di Jepang,
minat bacanya mencapai 45 persen dan Singapura mencapai 55 persen. Jelas bahwa
Indonesia tertinggal jauh dalam hal menggali ilmu pengetahuan. Kondisi ini
sangat ironis mengingat Indonesia merupakan negara yang berpenduduk terbesar
ketiga di dunia. Keironisan ini ditambah dengan budaya membaca yang tidak
dilestarikan. Sejak pendidikan dasar, anak diajak untuk lebih berbudaya
mendengarkan guru dan melihat apa yang dilakukan guru. Budaya membaca buku ilmu
pengetahuan menjadi pilihan terakhir bagi siswa karena tidak ada kebiasaan,
dorongan, dan motivasi membaca yang diberikan. Selain itu, dalam lingkungan
rumah ataupun masyarakat, anak terbiasa berbudaya mendengarkan musik dan
melihat tayangan di televisi atau internet.
Hari Buku Nasional
atau Pelestarian Budaya Membaca?
Hari
Buku Nasional merupakan momen yang baik untuk meningkatkan minat baca
masyarakat. Namun, apakah Hari Buku Nasional itu mampu membuat momen budaya membaca
menjadi berkepanjangan hasilnya? Tentu saja hasil seperti itu susah diwujudkan
jika momen itu diadakan hanya sekali dalam setahun. Sebenarnya, hal yang lebih
penting adalah bagaimana budaya membaca itu dilestarikan? Tentu saja terdapat
banyak cara. Salah satunya adalah melalui pendidikan dasar yang dapat (bahkan
harus) memberikan pembelajaran membaca lebih banyak porsinya. Keluarga juga
dapat mengajak anak untuk lebih berbudaya membaca ketimbang berbudaya melihat
tayangan televisi. Lingkungan juga dapat diciptakan menjadi lingkungan membaca
dengan menyediakan tempat-tempat khusus untuk membaca serta persedian buku-buku
yang banyak.
Budaya Membaca Buku
Menciptakan Watak Bangsa yang Cerdas
Usaha
mencerdaskan bangsa tak bisa dipisahkan dari membaca buku. Buku adalah sumber
segala ilmu pengetahuan. Seperti kata Bung Hatta, bahwa buku membentuk watak
bangsa. Ini berarti buku menjadi bibit unggul untuk membentuk SDM yang baik. Kualitas
SDM yang baik adalah modal utama pembangunan dan bekal menghadapi globalisasi
penuh persaingan. Hari Buku Nasional merupakan gagasan yang baik sebagai
momentum kebangkitan minat baca Indonesia. Namun, alangkah lebih baiknya jika
momentum ini dimanfaatkan lebih baik. Dengan begitu, momen membaca tidak hanya
diadakan setahun sekali, namun menjadi momen yang bertransformasi sebagai
budaya membaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar