DICARI: BUDAYA
MEMBACA
Oleh Silka
Yuanti Draditaswari
Mahasiswa Jurusan
Sastra Indonesia
Universitas
Negeri Malang
Seiring
perkembangan zaman, masyarakat lebih tertarik mencari hiburan instan yang tidak
membutuhkan proses berpikir mendalam. Menjamurnya telepon genggam sebagai
media jejaring sosial atau media game
yang canggih dan keren menjadi salah satu bukti nyata hiburan instan. Belum ada yang menawarkan dirinya sebagai media
membaca paling praktis, paling canggih, atau paling mudah digunakan di mana
saja. Hal ini pun menjadi satu bukti bahwa minat baca masyarakat Indonesia
sangat rendah. Pendapat ini dikuatkan dengan hasil survei terbaru dari UNESCO
(2012) yang menunjukkan 1 dari 10.000 rakyat Indonesia (0,01 %) memiliki
keinginan membaca. Sementara itu, minat baca di Jepang mencapai 45 % dan
Singapura mencapai 55 %. Jelas sudah bahwa Indonesia tertinggal jauh dalam hal
menggali ilmu pengetahuan. Bukankah kondisi ini sangat ironis? Mengingat
Indonesia adalah negara berkembang yang cukup pesat pertumbuhannya?
Membaca
merupakan kegiatan yang dapat mengasah otak dengan baik. Melalui membaca, otak
akan bekerja untuk memahami dan perasaan akan bekerja untuk merasakan tulisan
yang dibaca. Secara tidak langsung, pembaca mendapatkan tambahan pengetahuan
baru tentang suatu hal. Membaca juga memberikan kesehatan pada otot mata yang
terlatih untuk membaca secara teliti. Dengan demikian, membaca memberikan
manfaat yang banyak kepada pembacanya.
Sebenarnya,
mudah sekali untuk menemukan budaya membaca itu. Coba tengoklah sebentar
definisi budaya. Budaya adalah sesuatu beradab yang telah menjadi kebiasaan dan
sukar diubah. Untuk menemukan budaya membaca, maka perlu diciptakan kebiasaan
membaca. Kebiasaan ini dapat tercipta dari keluarga yang dapat mengajak anak
untuk membiasakan budaya membaca bersama daripada mencari hiburan yang instan.
Guru dapat mengajak siswa untuk memberikan porsi pembelajaran lebih banyak dan
mengajak siswa untuk mengerjakan tugas dengan membaca buku sebanyak-banyaknya.
Begitu pula dengan lingkungan yang harus bisa menciptakan lingkungan membaca di
tempat-tempat umum, seperti terminal, stasiun, dan lain-lain. Lingkungan
membaca ini berisi tempat-tempat khusus untuk membaca, juga persedian buku-buku
yang banyak, sehingga seluruh masyarakat dapat terbiasa membaca buku di mana
saja dan kapan saja dengan mudah.
Mudah bukan untuk menemukan budaya
membaca? Oleh karena itu, sudah saatnya seluruh elemen masyarakat bangkit untuk
mencari dan membangun budaya membaca demi mewujudkan SDM unggul untuk
menghadapi persaingan globalisasi serta menciptakan pertumbuhan pesat yang
berilmu. Marilah mewujudkan budaya membaca dengan memulainya pada diri sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar