Oleh: Silka Yuanti Draditaswari
Mahasiswa Sastra Indonesia Fakultas Sastra
Universitas Negeri Malang
Keseluruhan kebudayaan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, sebab semua materi yang terkandung dalam suatu kebudayaan diperoleh manusia secara sadar lewat proses belajar. Lewat kegiatan belajar inilah diteruskan kebudayaan dari generasi yang satu kepada generasi selanjutnya. Dengan demikian, kebudayaan diteruskan dari waktu ke waktu.
Hal itu berarti, dalam setiap kebudayaan terdapat nilai-nilai yang menjadi panutan pendukung kebudayaan itu. Nilai-nilai kebudayaan ini adalah jiwa dari kebudayaan dan menjadi dasar dari segenap wujud kebudayaan. Di samping nilai-nilai budaya ini, kebudayaan diwujudkan dalam bentuk tata hidup yang merupakan kegiatan manusia yang mencerminkan nilai budaya yang dikandungnya (Suriasumantri, 1981:26). Nilai-nilai tersebut terkait dengan fungsinya sebagai sarana mempertebal perasaan solidaritas kolektif (Manca, 1984). Dengan demikian, nilai-nilai budaya mencerminkan identitas etnik pendukung budaya tersebut.
Salah satu kebudayaan yang sarat akan nilai pendidikan adalah sastra lisan lawas yang terdapat di etnik Samawa, Kabupaten Sumbawa. Sastra lisan lawas adalah puisi lisan yang menjadi media komunikasi dan ekspresi bagi masyarakat Sumbawa. Sastra lawas merupakan karya sastra lisan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat sejak jaman dahulu. Lawas sebagai fenomena budaya merupakan cerminan dari nilai-nilai budi pekerti yang tumbuh dalam kehidupan masyarakat. Kesusasteraan lawas menekankan norma perilaku seperti kesetiaan kepada raja, kealiman anak, hormat kepada guru atau yang lebih tua, persahabatan yang tulus, dan kesucian wanita.
Sastra lisan yang disebut-sebut sebagai pilar sastra Samawa ini, sejak awal perkembangannya mendapat pengaruh “elom ugi” atau syair bugis. Sastra jenis ini hidup dan berkembang dengan subur dalam masyarakat selama berabad-abad lamanya.
Ada macam-macam jenis lawas berdasarkan kelompok umur. Pertama adalah lawas tau ode (anak-anak) yang mengedepankan dunia anak-anak. Kedua adalah lawas muda-mudi yang mengisahkan tentang jalinan kasih muda-mudi. Ketiga adalah lawas tau loka yang berisi tentang petuah-petuah orang tua kepada muda-mudi.
Dalam membawakan lawas ini, paling sedikit ada delapan cara, yaitu belawas (menembangkan lawas secara sendiri-sendiri atau beramai-ramai), sakeco (menembangkan lawas dengan memukul rebana), bagandang, saketa, ngumang, langko, badede, dan basual.
Lawas sebagai salah satu bentuk sastra lisan dalam masyarakat Sumbawa (Samawa) merupakan fenomena kebudayaan yang akan tetap hadir di tengah-tengah masyarakatnya. Cerminan nilai budaya daerah telah digunakan dalam mengembangkan budaya nasional, sehingga menempatkan sastra lisan sebagai bagian dari kebudayaan nasional yang harus dilestarikan. Sebab, dalam sastra lisan lawas terdapat nilai-nilai budi pekerti yang luhur dan turun-temurun. Seperti nilai budi pekerti yang terdapat pada lawas tau ode (anak-anak). Lawas ini mengedepankan tentang dunia anak-anak yang penuh kocak dan ceria. Anak-anak menjadi lebih kreatif dalam membawakan lawas tau ode, sebab mereka menggunakan kata-kata untuk berbalas pantun kepada teman-temannya.
Sedangkan dalam lawas muda-mudi tersirat tentang perkenalan, percintaan, perkasih-kasihan, dan perpisahan beriba hati. Jika pasangan muda-mudi masih saling memendam perasaan, maka mereka akan belawas. Jika mereka sedang menjalin kasih, maka meraka akan belawas dengan romantisnya. Begitu pula jika mereka akan berpisah, maka lawas yang dinyanyikan akan menjadi sedih dan haru. Pasangan muda-mudi ini menjalin kasih dengan belawas. Tidak bercumbu dengan mesra seperti dewasa sekarang ini. Dengan lawas mereka akan saling melempar lawas, merangkai kata-kata dan kalimat yang indah untuk pasangan mereka. Di sinilah kehebatan lawas dalam pasangan remaja.
Lawas tau loka sendiri berisi tentang pelajaran dan agama. Lawas ini sarat akan nasehat atau petuah yang baik untuk anak-anak muda. Lawas ini biasanya hanya dinyanyikan oleh orang tua kepada anaknya. Dari dua lawas di atas, lawas inilah yang sarat akan nilai budi pekerti. Sebab, lawas ini berisi tentang budi pekerti yang harus dilakukan anak terhadap orang yang lebih tua.
Nilai-nilai yang telah dipaparkan di atas merupakan hal-hal yang dapat dijadikan sebagai jati diri dalam generasi muda ini. Sebab, nilai-nilai tersebut mengandung budaya Indonesia yang luhur. Selain itu, juga tersirat tindak tanduk atau sopan santun dalam bergaul kepada anak kecil, teman sebaya, dan orang yang lebih tua.
Oleh karena itu, dalam tulisan singkat ini penulis mencoba untuk mengangkat persoalan sastra lawas yang semakin terlupakan, bahkan tidak diketahui oleh generasi muda di era modern dewasa ini. Dengan harapan akan dapat memberikan informasi tentang keberadaan lawas Samawa dengan berbagai bentuk dan perkembangannya. Selain itu, juga diharapkan agar generasi muda mampu meresapi nilai budi pekerti yang dapat dijadikan sebagai jati diri mereka dalam sastra lawas.
Kondisi Kekinian Apresiasi Generasi Muda Terhadap Sastra Lawas
Di jaman globalisasi yang pesat ini, budaya barat dengan mudah mengalir atau masuk pada budaya lain. Sama halnya yang terjadi pada Indonesia. Budaya barat yang cenderung pada pop, dengan cepat merajai selera muda-mudi. Mereka dengan cepat menggandrungi budaya pop yang disebarkan melalui banyak media melalui majalah, televisi, pertunjukan musik, bioskop, dan internet. Seperti contoh, maraknya acara musik yang tayang di televisi dengan jam tayang yang berlebihan hingga 3 jam. Selain itu, munculnya kelompok punk dengan pakaian punk yang berasal dari luar negeri. Juga akses internet yang ditawarkan dengan mudah dan murah, sehingga masyarakat, terutama anak-anak, mampu mengaksesnya dengan bebas.
Semakin pesatnya budaya pop yang berkembang, semakin menjauh pula generasi muda pada budaya asli mereka sendiri. Sebab, akibat dari budaya pop itu, mereka jadi lebih mengenal budaya luar itu. Mereka lebih menikmati dan mengkonsumsi budaya pop itu sendiri. Budaya pop yang mereka konsumsi setiap hari menjadi menempel dalam jiwa mereka. Sedangkan, mereka menjadi tidak mengerti tentang budaya aslinya.
Lebihnya lagi, budaya pop yang mereka gandrungi tidak mencerminkan nilai budi pekerti. Budaya pop yang mereka konsumsi sama sekali tidak memiliki nilai pendidikan. Hal ini mengakibatkan generasi muda menjadi tidak mengenal nilai budi pekerti kembali. Mereka meninggalkan budaya asli mereka yang sarat akan nilai sopan santun yang seharusnya menjadi identitas atau jati diri mereka. Kosongnya nilai budi pekerti dalam diri mereka mengakibatkan pada peristiwa-peristiwa yang malah memutus perasaan solidaritas kolektif itu. Ditambah dengan jaman demokrasi pada saat ini, ada gaya hidup bebas dan demokratis berlebihan dalam berpendapat. Seperti peristiwa perkelahian dalam pertunjukan musik yang disebabkan hal sepele, yaitu tidak sengaja menyenggol temannya ketika ia sedang berjoged. Juga seperti munculnya genk-genk yang memiliki prinsip sendiri. Hal seperti terjadi karena mereka tidak mendapatkan nilai sopan santun dari budaya pop yang mereka gandrungi.
Semua paparan di atas mencerminkan bahwa jati diri atau identitas asli generasi muda saat ini sangat lemah. Mereka sudah tidak mengerti atau buta akan kebudayaan asli yang mereka miliki. Padahal, jati diri mereka itu ada dalam budaya tradisonal, budaya asli mereka. Salah satunya adalah sastra lawas yang sarat akan nilai budi pekerti, sosial, dan sopan santunnya.
Solusi yang telah Digunakan dalam Penyebarluasan Nilai Budi Pekerti pada Sastra Lawas
Sastra lawas masih digunakan pada acara-acara seperti pernikahan, karapan kerbau, dan khitanan di Sumbawa. Namun, lawas ini jarang untuk dinyanyikan. Sebab, sastra lawas semakin lama semakin tergeser oleh budaya pop yang telah mengglobalisasi. Seperti adanya band dalam pernikahan maupun khitanan membuktikan bahwa sastra lawas menjadi tergeser posisinya sebagai tradisi di Sumbawa.
Selain itu, sastra lawas juga dipentaskan bersama-sama dengan hiburan modern. Misalnya pentas seni di sekolah-sekolah Sumbawa. Selain menampilkan pertunjukan band dan dance, juga menampilkan budaya tradisional sastra lawas. Namun, cara ini belum berhasil. Sebab, nilai-nilai budi pekertinya belum mampu disampaikan secara sempurna kepada siswa siswi di sekolah. Mereka, baik sebagai pelaku belawas juga pendengarnya, masih belum paham tentang nilai budi pekerti yang ada dalam sastra lawas. Sebab, mereka tidak berminat terhadap sastra lawas. Ketertarikan untuk lebih mempelajari sastra lawas masih belum muncul dalam benak mereka masing-masing. Karena itulah mereka menjadi tidak tahu dan kurang mengerti terhadap budaya asli sendiri.
Sastra lawas juga telah diselipkan dalam album lagu-lagu Sumbawa. Walaupun mereka menikmatinya, tapi nilai budi pekertinya masih belum bisa ditangkap sepenuhnya. Sebab, mereka masih belum mengerti nilai budi pekerti dari sastra lawas itu sendiri. Generasi muda pada saat ini hanya sekadar tahu bahwa sastra lawas adalah kebudayaan mereka. Belum mempelajarinya secara dalam.
Pihak-pihak yang dapat Membantu Penyebarluasan Nilai Budi Pekerti dalam Sastra Lawas
Dalam proses penyebarluasan sastra lawas, sangat diperlukan pula peran dari beberapa pihak. Pihak-pihak itu adalah orang-orang yang mengerti dan peduli tentang budaya lawas. Pihak-pihak seperti ini sangat diperlukan agar penyebarluasan sastra lawas lebih mudah untuk diterima. Pihak-pihak itu adalah:
1. Tokoh masyarakat pendukung sastra lawas dan
2. Budayawan sastra lawas Sumbawa
Mereka diharapkan dapat membantu dengan cara mendokumentasikan sastra lawas ke dalam bentuk, buku, atau sebagainya. Selain itu, mereka juga diharapkan untuk menerangkan nilai-nilai budi pekerti yang ada pada sastra lawas. Kemudian, mereka menyebarkannya pada teman-temannya dan melalui internet. Dengan sosok mereka yang sudah dikenal dalam masyarakat umum, maka besar kemungkinan penyebarluasannya dapat lebih lancar dan mudah.
Langkah-langkah Strategis dalam Penyebarluasan Nilai Budi Pekerti pada Sastra Lawas
Untuk menyebarluaskan tentang nilai budi pekertinya, diharuskan dahulu untuk mengerti arti dari sastra lawas itu sendiri. Jika tidak mengerti apa maksud dari sastra lawas itu, maka penyebarluasannya itu akan percuma. Oleh karena itu, hal pertama yang akan dilakukan adalah pengumpulan berbagai jenis sastra lawas. Berikut adalah contoh-contoh sastra lawas beserta dengan teks bahasa Indonesianya dan nilai budi pekertinya.
1. Lawas tau ode (lawas anak-anak)
Ma tunung adi ma tunung
Meleng tunung kubeang me
Jangan jadi kembo karong
(Tidurlah adikku, tidurlah
Bangun tidur akan kuberi makan nasi
Dengan lauk susu kerbau yang sehat)
Lawas ini mengisahkan tentang seorang kakak yang begitu sayang kepada adiknya. Hal ini terlihat pada kalimat “Bangun tidur akan kuberi makan nasi dengan lauk susu kerbau yang sehat”. Selain itu, lawas ini juga memiliki nilai budi pekerti tentang seorang kakak yang sayang dan tanggung jawab kepada adiknya. Selalu menjaga adiknya, mengasihinya.
2. Lawas taruna-dadara (muda-mudi)
Ajan sumpama kulalo
Kutarepa bale andi
Beleng ke rua e nanta
(Seandainya aku bertandang
Mampir di rumah adinda
Adakah gerangan belas kasihan?)
Lawas ini mengisahkan tentang seorang lelaki yang menaruh hati kepada seorang wanita dan ingin bertandang ke rumahnya. Dalam lawas muda-mudi ini memiliki nilai budi pekerti kesopanan seorang lelaki yang ingin bertandang ke rumahnya. Bila pada budaya pop, lelaki meminta untuk bertandang ke rumah wanita dengan rayuan-rayuan gombal yang tidak penuh dengan keromantisan dan kesopanan. Jika dalam lawas, yang dinyanyikan dengan langsung, mencoba untuk membuka hati wanita dengan kata-kata yang halus. Jelas terlihat tentang sopan santun, kasih sayang tulus, dan lemah lembutnya sepasang kekasih yang sedang berbalas lawas.
3. Lawas tau loka (lawas orang tua)
Betapa manisnya cetusan sukma
Agama landasan utama
Jangan diikuti jika bertentangan
(Siapa ingin mati nikmat
Kerjakan sembahyang dengan teratur
Agar roh tenang menghadap-Nya)
Lawas ini berisi petuah tentang agama, bahwa manusia dalam kehidupannya diwajibkan untuk tidak meninggalkan ibadahnya. Petuah lawas orang tua ini sarat tentang pendidikan agama pada Tuhan. Melalui lawas, kita dapat mengerti bahwa agama dalam kehidupan dijadikan sebagai pedoman dunia akhirat, dan dalam kehidupan kita diberi pemahaman bahwa betapa pentingnya melaksanakan ajaran agama. Lawas orang tua ini adalah lawas yang perlu dilestarikan dalam kehidupan genarasi muda jaman sekarang. Sebab, tindak-tanduk atau sopan santun mereka sekarang ini sepertinya sudah tidak ada lagi. Pendidikan yang diberikan oleh orang tua mereka sepertinya masih belum diperhatikan seluruhnya. Maka dari itu, perlu ada kekreatifitasan dalam menyampaikan sebuah nasihat. Dengan sastra lawas ini, orang tua dapat melakukan belawas dan melestarikannya dengan memberika petuah tersebut pada anaknya.
Tiga lawas di atas adalah beberapa contoh sastra lawas yang sarat akan nilai budi pekerti yang dapat dikumpulkan untuk disebarluaskan pada generasi muda.
Setelah mengumpulkan berbagai macam jenis lawas, langkah selanjutnya adalah pengumpulan gambar-gambar atau video yang menampilkan balawas. Seperti pada video acara pernikahan, karapan kerbau, atau acara khitanan di Sumbawa yang tradisi acaranya menggunakan sastra lawas. Pengumpulan gambar dan video ini dilakukan agar terdapat bukti konkritnya yang akan disebarluaskan. Dengan melihat videonya, maka generasi muda akan lebih mengerti tentang lawas. Sehingga, generasi muda mengerti tentang lawas tidak hanya dari teorinya saja, tetapi juga bentuk belawas itu sendiri.
Setelah pengumpulan gambar dan videonya, maka tahap terakhir adalah menyebarluaskannya melalui media internet. Media internet ini dipilih karena internet adalah media yang selalu diakses sepanjang waktu oleh generasi muda. Dengan kemajuan tekhnologi seperti dewasa sekarang ini, maka internet dengan mudah didapat dan diakses kapan saja dan di mana saja. Oleh karena itu, penyebarluasan sastra lawas melalui media internet sangatlah efektif, sebab sasarannya bisa langsung pada generasi muda itu.
Untuk membuat generasi muda bisa mengakses sastra lawas, maka sastra lawas itu akan diletakkan pada situs-situs yang selalu diakses mereka. Situs itu adalah facebook dan you tube. Facebook adalah sebuah situs jejaring sosial yang diakses generasi muda dalam setiap waktu dan di mana saja. Lewat facebook, terdapat fasilitas untuk meletakkan catatan, gambar, dan video yang kita inginkan. Maka dari itu, contoh-contoh sastra lawas yang telah ditemukan akan diletakkan di facebook. Kemudian, di bawah contoh sastra lawas tersebut diberi penjelasan tentang apa sastra lawas itu sendiri, apa saja bentuk dari lawas itu, dan nilai-nilai budi pekerti yang terkandung dalam contoh sastra lawas yang diletakkan. Setelah itu, dalam facebook diperbolehkan untuk memberi tag pada teman-teman. Dengan memberi tag, maka teman-teman itu secara langsung bisa mengakses dan melihat contoh-contoh lawas itu seperti apa. Selain itu, nilai-nilai budi pekerti secara langsung terbaca dan tersampaikan oleh teman-teman itu.
Setelah meletakkan contoh-contoh sastra lawas, langkah selanjutnya adalah meletakkan gambar dan video dari belawas. Gambar dan video dari belawas itu di tag kembali pada teman-teman. Dengan begini, maka teman-teman yang notabenenya generasi muda dengan cepat mengetahui sastra lisan lawas.
Selain facebook, situs lain yang dapat digunakan sebagai media penyebarluasan sastra lawas adalah situs you tube. You tube adalah situs video yang dapat dilihat dan didownload dengan gratis oleh pengguna internet. Situs ini adalah situs yang diakses generasi muda setiap hari. Sebab, dengan you tube mereka dapat mendapatkan dan melihat video yang mereka inginkan. Melalui you tube, contoh gambar dan video sastra lawas akan diletakkan. Namun sebelumnya, dalam video tersebut harus diberikan narasi atau teks tentang nilai budi pekerti yang hendak disampaikan. Sebab, nilai budi pekerti itulah hal utama yang harus disebarluaskan kepada generasi muda. Setelah diletakkan, maka gambar dan video tersebut akan muncul di halaman pertama situs you tube. Masyarakat khususnya generasi muda yang membuka situs ini, akan mencoba untuk melihat sastra lawas tersebut. Dengan demikian, sastra lawas akan lebih mudah untuk dikenal dan dimengerti oleh generasi muda itu sendiri. Selain itu, nilai budi pekertinya juga dengan mudah dapat disampaikan kepada generasi muda yang mengakses dua situs tersebut.
Simpulan
Sastra lawas adalah sastra lisan yang berbentuk pantun dan puisi. Sastra lawas ini mengandung nilai budi pekerti yang tinggi. Nilai budi pekerti tersebut mencakup kasih sayang kepada saudara, teman sebaya, dan orang tua. Selain itu juga mencakup tanggung jawab seorang saudara, petuah-petuah, dan nasihat dari orang tua kepada anaknya. Nilai-nilai budi pekerti seperti itu sangatlah perlu untuk dilestarikan pada generasi muda sekarang ini. Sebab, nilai budi pekerti yang seharusnya menjadi identitas atau jati diri bagi generasi muda ini sudah tidak terdapat pada jiwa mereka. Untuk itu, sastra lawas perlu disebarluaskan pada generasi muda agar mereka mengerti tentang pendidikan nilai budi pekerti yang tersirat di sastra lawas.
Penyebarluasan sastra lawas ini melalui media internet. Media internet adalah media yang sangat efektif untuk menyebarluaskan sastra lawas pada generasi muda. Sebab, generasi muda dewasa ini selalu mengakses internet di mana pun dan kapan pun. Sastra lawas ini akan dikenalkan melalui situs internet yang bernama facebook dan you tube. Dua situs itu adalah situs yang selalu diakses oleh generasi muda. Dengan meletakkan contoh sastra lawas, gambar, dan video belawas itu, maka generasi muda akan mudah dan langsung mengakses sastra lawas itu sendiri.
Oleh karena itu, dengan dimuatnya sastra lawas di internet, seperti situs facebook dan you tube, maka generasi muda dapat lebih mengenal sastra lawas yang meliputi:
a. Bentuk-bentuk sastra lawas dan
b. Nilai-nilai budi pekerti yang bermanfaat bagi pendidikan karakter yang
terdapat dalam sastra lawas.
Sehingga, jati diri pada generasi muda akan menjadi lebih kokoh. Mereka juga tidak akan terasing lagi oleh budaya mereka sendiri. Selain itu, mereka juga secara tidak langsung terdidik nilai budi pekertinya melalui sastra lawas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar