Terdapat dua macam komperehensi dalam ilmu psikolinguistik. Pertama
adalah pemahaman dari ujaran yang telah didengar. Kedua adalah pemahaman
mengenai tindakan yang harus dilakukan setelah pemahaman ujaran tersebut. Pada
tahap pemahaman kedua tersebut, pendengar menentukan tindakan yang perlu
dilakukan sesuai dengan apa yang ia pahami. Berikut akan dijelaskan mengenai
beberapa aspek yang harus dikuasai agar memahami ujaran dengan benar.
Pertama adalah struktur
batin dan struktur lahir. Suatu ujaran dapat dipahami dari urutan kata dalam
ujaran atau ciri-ciri kata yang digunakan. Makna suatu kalimat tidak hanya
ditentukan oleh ujaran yang didengar atau dilihat saja, tetapi oleh representasi
yang mendasarinya juga. Dengan kata lain, struktur kalimat tidak hanya memiliki
struktur lahir tetapi struktur batin juga. Perbedaan struktur lahir dan
struktur batin ini sangat penting untuk pemahaman kalimat karena proses mental
yang dialami manusia dalam menanggapi kalimat ambigu berbeda satu sama lain
dengan kalimat yang tidak ambigu. Seseorang dapat memahami suatu kalimat
apabila ia memahami apa yang terkandung dalam kalimat itu. Berikut adalah
contohnya, “Lelaki dan wanita tua itu masih dapat bermain tenis.” Kalimat
tersebut mengandung berbagai macam interpresentasi makna. Interpresentasi makna
pertama adalah lelaki yang bermain dengan wanita tua itu adalah lelaki muda/
tidak tua. Interpresentasi makna kedua adalah lelaki yang bermain adalah lelaki
tua. Kedua interpresentasi ini muncul karna adjektiv tua yang berfungsi
sebagai pembatas hanya pada nomina wanita saja atau pada frasa lelaki
dan wanita itu.
Kedua adalah preposisi. Kalimat
adalah kesatuan ujaran atau bahasa yang terdiri dari berbagai macam bunyi yang
membentuk sukukata kemudian kata lalu frasa sehingga membentuk sebuah kalimat. Untuk
memahami sebuah ujaran harus memahami
bunyi dan kata-katanya sehingga terbentuklah representasi makna yang
sebenarnya. Unit-unit makna pada kalimat itu dinamakan preposisi. Preposisi
terdiri dari dua bagian, yaitu argumen dan predikasi. Argumen adalah
perihal-perihal yang dibicarakan. Predikasi adalah pernyataan yang dibuat
mengenai argumen. Dalam sebuah kalimat dapat mengandung lebih dari satu
preposisi. Preposisi ini penting karna merupakan bagian dari pemahaman kalimat
yang sebenarnya.
Seorang pendengar
menerima masukan berupa rententan kata yang disusun secara linear. Dari susunan
itu pendengar membangun suatu susunan preposisi hierarkhis dari yang rendah ke
tinggi. Begitu mendengar sebuah kata, proses mental mulai bekerja dan membangun
makna untuk kata tersebut dengan memanfaatkan fitur-fitur yang ada pada kata
itu. Berikut contohnya, “Preman tua itu mencuri sepeda saya.” Pada kalimat tersebut
terdapat preposisi-preposisi:
a.
Seseorang mencuri sepeda
b.
Seseorang itu adalah preman
c.
Reman itu tua
d.
Sepeda itu sepeda saya
e.
Kejadian yang menyatakan masa lalu.
Ketiga adalah konstituen sebagai realita psikologis. Sebuah kalimat
mengandung potongan-potongan konstituen. Konstituen bukan sekedar potongan
kalimat yang bersifat arbiter. Konstituen tersebut memiliki landasan psikologis
maupun sintaksis yang kuat. Landasan pertama adalah konstituen merupakan satu
kesatuan yang utuh secara konseptual. Contohnya adalah frasa preman tua
dalam kalimat Preman tua itu mencuri sepeda saya. Frasa preman tua
dapat diganti dengan konstituen lain yang berupa satu kata, yaitu Alex
atau dia. Landasan kedua adalah pemotongan kelompok kata di luar
konstituen akan mengganggu komperehensi pendengar. Landasan ketiga adalah kesatuan
makna dari konstituen-konstituen akan tersimpan dalam memori, bukan kata-kata
yang terlepas dari konstituennya.
Terdapat tiga faktor
agar pendengar dapat memahami suatu ujaran dengan baik. Faktor pertama adalah
pengetahuan dunia. Alam sekitar manusia memberikan pengetahuan-pengetahuan
tentang kehidupan di dunia. Sebagian dari pengetahuan ini bersifat universal
sedangkan sebagian lainnya mengenai kehidupan masyarakat sekitar. Pengetahuan
yang tidak universal adalah pengetahuan tentang budaya atau masyarakat yang
lebih spesifik. Kaitannya dengan komprehensi bahasa adalah luas sempitnya
pengetahuan mempengaruhi pemahaman sebuah ujaran atau bahasa. Contohnya adalah
kalimat Ini malam Jum’at kliwon, kan?. Kalimat ini memiliki konstituen
frasa Juma’at Kliwon yang umum maknanya bagi orang Jawa, sedangkan orang
di luar Jawa kurang begitu memahami makna dari frasa tersebut.
Faktor kedua adalah
faktor sintaktik. Struktur konstituen mengadung struktur sintaktik. Untuk
membantu memahami sebuah ujaran, berikut akan dijelaskan strategi-strategi
memahami struktur sintaktinya. (1) Setelah mengidentifikasi kata pertama dari
suatu konstituen yang didengar, proses menatal akan mencari kata lain yang
selaras dengan kata pertama dalam konstituen tersebut. (2) Setelah mendengar
kata pertama dalam suatu konstituen, perhatikan apakah kata berikutnya
mengakhiri konstruksi itu. Secara intuitif, otak akan mencari kata-kata atau
anak kalimat lain yang muncul jika ujarannya belum berakhir. (3) Setelah
mendengar suatu verba, carilah macam serta jumlah argument yang selaras dengan
verba tersebut. Contohnya jika mendengar memukul, maka argumen yang
diharapkan muncul adalah benda ataum akhluk apa yang dipukul. (4) Tempelkanlah
tiap kata baru pada kata yang baru saja mendahuluinya. Strategi ini berkaitan
dengan kenyataan bahwa wujud kalimat memang dalam bentuk linear sehingga kata
yang mengikuti biasanya menjelaskan kata yang mendahuluinya. (5) Pakailah kata
atau konstituen pertama dari suatu klausa untuk mengidentifikasi fungsi dari
klausa tersebut. (6) Dalam bahasa tertentu (seperti bahasa Inggris), afiks juga
dapat memberikan bantuan dalam pemahaman. Contohnya adalah I know the boys’
cook dengan I know the boys cooked.
Faktor ketiga adalah
faktor semantik. Terdapat pula strategi-strategi untuk memahami makna dari
ujaran tersebut. Strategi tersebut adalah (1) pakailah nalar dalam memahami
ujaran, (2) carilah konstituen yang memenuhi syarat-syarat semantik tertentu,
(3) apabila ada urutan ata N V N, maka N yang pertama adalah pelaku perbuatan,
(4) bila dalam wacana ditemukan pronomina maka dicari dulu antisedennya dalam
kalimat sebelumnya, dan (5) informasi lama biasanya mendahului informasi baru.
Keempat adalah
ambiguitas. Dari segai pemrosesan untuk pemahaman, kalimat yang ambigu
memerlukan waktu yang lebih lama untuk diproses. Hal ini terjadi karna
pendengar menerka makna tertentu tetapi terkaan dia salah sehingga dia harus
mundur lagi untuk memproses ulang seluruh intrpretasinya. Dilihat dari unsure
leksikal dan struktur kalimatnya, ambiguitas dibagi menjadi dua macam, yaitu
ambiguitas leksikal dan ambiguitas gramatikal. Ambiguitas leksikal adalah
ambiguitas yang penyebabnya bentuk leksikal yang dipakai. Ambiguitas gramatikal
adalah ambiguitas yang penyebabnya adalah bentuk struktur kalimat yang dipakai.
Untuk memahami kalimat
ambigu tersebut, terdapat dua teori untuk memprosesnya. Teori pertama adalah Garden
Path Teory. Teori ini memiliki dua prinsip, yaitu Minimal Attachment
Principle (MAP) dan Late Closure Principle (LAP). Pada MAP, orang
menempelkan tiap kata yang didengar pada struktur kalimat yang ada pada bahasa
tersebut. Orang menempelkan kata demi kata secara minimal, artinya, menempelkan
pada katayang terdekat sebelumnya. Pada LCP, orang menempelkan kata-kata yang
masuk bila memang strukturnya memungkinkan. Teori Garden Path Teory ini
memiliki kekurangan, yaitu hanya mendasarkan interpretasi makna dalam satu
kemungkinan saja.
Teori kedua adalah Constraint
Satisfaction Theory. Model-model dalam teori ini mengikuti pandangan kaum
koneksionis yang menyatakan bahwa unit-unit pemrosesan awal memiliki kendala
daya asosiatif yang berbeda-beda. Kata yang sering dipakai akan lebih cepat
diproses daripada kata yang jarang dipakai, makna yang umum dimengerti orang
akan lebih awal muncul daripada makna yang khusus. Menurut teori ini, orang
sejak semula memiliki pengetahuan tentang kegandaan makna suatu kata karna pada
tiap kata yang didengar akan diberikan fitur-fiturnya. Fitur yang digunakan
salah satunya akan menjadi fitur yang dominan.
Kelima adalah
penyimpanan kata. Terdapat dua pandangan mengenai proses penyimpanan kata dalam
benak manusia. Pandangan pertama adalah tiap kata disimpan secara utuh sebagai
kata. Contohnya adalah kata-kata datang, mendatang, mendatangi, mendatangkan,
kedatangan, berdatangan, dan pendatang disimpan dalam tujuh kotak yang berbeda.
Pandangan ini belum dibenarkan seutuhnya karna jika banyak kata yang disimpan,
makan otak akan memuat kata-kata yang terlalu banyak hingga menjadi penuh.
Pandangan lainnya adalah penyimpanan kata dalam pikiran
atau benak bukan berdasar pada kata, tetapi pada morfem. Pada model ini hanya da
morfem bebas daang dan morfem terikat seperti men-, kan-, -i, ke-an, -an, dan
ber-. Kata yang diperlukan harus ditempelkan dengan morfem yang cocok. Keuntungan
dari pandangan ini adalah otak akan memiliki kotak penyimpanan yang lebih
kecil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar