Oleh: Silka Yuanti Draditaswari
Mahasiswa Sastra Indonesia
Universitas Negeri Malang
Pementasan Blokeng pada Kamis malam tanggal 1 Maret 2012 tersebut
merupakan pementasan dari Teater Pelangi. Dari sisi panggung, pementasan
tersebut dibentuk sebagai satu perkampungan yang terdiri dari beberapa rumah
dengan pintu sebagai simbolnya. Pada awalnya, panggung tersebut tampak
membingungkan, namun setelah pertunjukan dimainkan, tujuan dari panggung
tersebut dapat dimengerti.
Tujuan panggung dibuat melingkar di tengah penonton
dimaksudkan agar cerita dari berbagai sudut pandang beberapa tokoh tersebut
dapat dimengerti. Walaupun penonton dibuat pusing karna pada tokoh siapa mereka
harus memperhatikan, namun hal ini tidak mempengaruhi jalannya pementasan. Hal
ini disebabkan karna dengan sekejap penonton dapat melihat peristiwa yang
terjadi pada tokoh satu sama lain dengan jelas dan ringkas.
Rupanya sang sutradara membawa klimaks dari cerita ini
dengan bantuan setting panggung Blokeng yang berada di satu level atas. Hal ini
dibuktikan dengan berkumpulnya para pemain ke level tersebut dan melakukan
adegan bagian ending cerita. Sebelumnya, panggung tersebut juga telah
ditunjukkan ketika Blokeng akhirnya melahirkan anaknya yang selama ini menjadi
pertanyaan warga kampung. Namun, sebelumnya juga terdapat adegan dimana mpok
pemilik warung melewati panggung itu dan menunjukkan adegan bahwa ia mencium
bau aneh dan busuk. Sayangnya adegan ini kurang diperhatikan oleh penonton
karna lighting yang tidak menyorot adegan tersebut.
Teknik pemeranan dari setiap tokoh cukup apik
dipentaskan. Para tokoh mengerti kapan waktu yang tepat bagi mereka untuk
keluar dan masuk ke dalam cerita pementasan Teater Blokeng minggu lalu,
sehingga adegan-adegan yang dimainkan tidak terasa gantung. Para tokoh juga
tangkas dalam menguasai panggung dengan gerakan tubuh yang pas, tidak
dilebih-lebihkan. Hal ini menambah nilai positif bagi Pementasan Blokeng
tersebut. Para tokoh juga dapat memainkan perannya masing-masing dengan baik
dan tidak keluar dari jalan ceritanya.
Namun periasan karakter dalam pementasan tersebut
belum terlihat dengan baik. Periasan karakter yang tampak secara kasat mata
terdapat pada nenek. Sedangkan periasan karakter yang benar-benar mencolok
sesuai dengan karakternya adalah tokoh utama yaitu Blokeng. Sedangkan pada
tokoh yang lain, karakternya belum terlihat dari masing-masing riasannya. Dalam
karakter, kostum belumlah cukup untuk mengetahui karakter dari tokoh tersebut.
Riasan karakter pada tokoh juga sangatlah penting. Untuk segi vokal, dialog,
dan chemistry antara para tokoh sudah dapat dibangun dengan baik
sehingga penonton juga terbawa dengan suasana yang dibangun oleh chemistry
para pemain.
Secara keseluruhan pementasan Teater Blokeng saat itu
mampu menghibur dan memuaskan penonton. Perbedaan yang mencolok dari pementasan
teater pada biasanya adalah bentuk panggungnya yang dikelilingi oleh penonton. Bentuk
panggung seperti ini perlu diterapkan jika sudut pandang dari cerita tersebut
banyak. Walaupun terdapat kekurangan dari beberapa unsur, namun Pertunjukan
Blokeng tersebut mampu mengesankan penonton dengan cerita yang disampaikan juga
dagelan dari MC pertunjukan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar