Oleh: Silka Yuanti Draditaswari
Mahasiswa Sastra Indonesia
Universitas Negeri Malang
TEORI BEHAVIORISTIK
Behaviorisme (behaviorism) menekankan studi ilmiah tentang respons
perilaku yang dapat diamati dan determinan lingkungannya. Teori ini dicetuskan
oleh Gage dan Berliner sebagai perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman. Dalam behaviorisme, pikiran, sadar atau tidak sadar tidak
diperlukan untuk menjelaskan perilaku dan perkembangan. Dalam teori
behaviorisme, perkembangan adalah
perilaku. Contohnya adalah pengamatan terhadap Sam yang memiliki
perilaku pemalu, berorientasi prestasi, dan peduli. Mengapa perilaku Sam
seperti itu? Menurut teori behavioristik, hadiah dan hukuman dalam lingkungan
Sam membentuknya menjadi seorang pemalu, yang berorientasi prestasi, dan orang
yang peduli. Sam belajar dengan cara-cara seperti itu. Para behavioris yakin
bahwa perkembangan dipelajari dan sering berubah sesuai dengan
pengalaman-pengalaman lingkungan. Bagi para behavioris, perilaku malu dapat
diubah menjadi perilaku ramah, perilaku agresif dapat dibentuk menjadi patuh/
jinak, perilaku lesu atau malas-malasan dan bosan dapat dibelokkan menjadi
perilaku bersemangat dan berminat.
Teori belajar behavioristik dengan model hubungan-stimulus responsnya,
menempatkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau
perilaku tertentu ini menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata.
Perilaku yang timbul akan semakin kuat jika diberikan penguatan dan akan
menghilang bila dikenai hukuman. Belajar merupakan sebuah interaksi antara
stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dapat
menunjukkan perubahan pada perilakunya. Menurut teori ini, dalam belajar yang
penting adalah input berupa stimulus dan output berupa respon.
Stimulus adalah segala sesuatu yang diberikan guru kepada murid,
sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan murid terhadap stimulus yang
diberikan guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak
penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur,
yang dapat diamati adalah stimulus dan respon. Jadi, apa yang diberikan oleh
guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh murid (respon) harus bisa diamati
dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran sebab pengukuran merupakan hal
penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Sayangnya, teori behavioristik ini kurang mampu menjelaskan adanya
variasi tingkat emosi murid. Teori ini tidak dapat menjelaskan mengapa dua anak
yang memiliki kemampuan dan pengalaman yang relatif sama, ternyata perilaku dua
anak tersebut berbeda terhadap suatu pelajaran. Pandangan teori behavioristik
mengenai belajar adalah suatu proses membentuk dan membawa murid mencapai
target tertentu sehingga menjadikan peserta didik atau murid tidak bebas
berkreasi dan berimajinasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar