Mengenai Saya

Foto saya
Perempuan kelahiran Kota Malang yang terus belajar, mencoba, lalu berkreasi
Hai! Selamat datang dan selamat menikmati sajian tulisan-tulisan yang semoga bermanfaat ini. Kotak saran dan kritik sangat terbuka, jadi jangan sungkan-sungkan untuk memberikan komentar. Jangan lupa menuliskan sumbernya ya jika mau merujuk tulisan-tulisan di blog ini. Have a nice surf :)

Rabu, 18 Juli 2012

TEATER PRIMITIF


Oleh: Silka Yuanti Draditaswari
Mahasiswa Sastra Indonesia
Universitas Negeri Malang

            Sejarah panjang pembentukan teater dan drama terentang ke masa lalu melalui magi dan mitos yang penuh ketidakpastian, kabur, tetapi menggetarkan. Apabila kita mentakasikan penemuan lukisan-lukisan kuno di gua-gua di Perancis-Selatan yang berupa gambar-gambar dukun penyembuh bertopeng menyerupai rusa jantan 10 ribu hingga 50 ribu tahun yang lalu, maka kita mengetahui bahwa saat itulah sejarah teater dan drama dimulai.
Drama dan teater hadir lebih dahulu daripada agama-agama wahyu. Penelitian Macgowan-Melnitz di tahun 1995 menemukan bahwa perkembangan teater dan drama dimulai ketika meningkatkan siasat dan memantapkan perburuan. Magi meniru kemudian dilengkapi dan dikembangkan manusia dengan tarian, musik dan penggunaan topeng. Manusia kemudian menyempurnakannya dengan dialog musi, topeng, dan dialog menjadi suatu upacara untuk menurunkan hujan, dan meningkatkan hasil. Gerak tiruan, panen, serta upacara inisiasi. Upacara-upacara tersbut kemudian digunkaan pula untuk memuja arwah leluhur. Arwah leluhur dianggap sebagai dewa-dewa dan harus dipuja melalui tarian dan nyanyian.
Melalui sejarah singkat di atas, maka dapat diketahui bahwa jenis teater yang pertama kali muncul adalah teater primitif. Dalam kenyataannya, teater semacam itu, hingga saat ini, ditemukan di hampir semua suku bangsa di permukaan bumi ini, sehingga dapatlah diduga bahwa apa yang dikerjakan Homer dan Herdotus pada masa pra sejarah menulis tentang nenek moyang atau pun dewa-dewa ternyata ditiru oleh manusia masa kini.
Teori tentang awal mula teater yang berkembang selama ini adalah teater muncul pada zaman Yunani Klasik. Teori ini dipercaya berdasarkan pada kaitan antara teater sebagai seni pertunjukan dan teater sebagai ritual. Bukti dari keterkaitan tersebut adalah pertama teater berasal dari ritus. Teori yang paling tua ini terkait dengan ritus fertilitas, pembuatan hujan, dan magi simpati. Semula manusia melihat adanya berbagai kekuatan alam yang mengerikan yang dikaitkan dengan pergantian musim. Kekuatan alam ini muncul dan lenyap atau berganti tanpa diduga. Kemudian manusia memberi korban untuk menyenangkan skaligus menenangkan kekuatan tersebut. Pada perjalan waktu, pengorbanan tersebut menjadi suatu peristiwa yang memiliki bentuk sebagai suatu upacara keagamaan. Orang yang bertugas menjadi pemimpin upacara disebut pendeta. Upacara inilah yang memililki bibit-bibit teater, semisal pendeta memakai topeng yang menyerupai binatang atau kostum seperti tokoh-tokoh supranatural.
Kedua, teori menyangkal Dionysus dan Osiris. Teori ini menyebut bahwa teater berasal dari cerita-cerita kepahlawanan yang belum mencapai tingkat kedewaan. Para pahlawan yang berasal dari kalangan satira ataupun raja. Cerita tersebut disampaikan dalam tarian perang yang digunakan sebagai magi simpati untuk memantapkan kekalahan musuh, dan merangsang keberanian berperang. Teori ini menunjukkan bahwa cerita tentang pahlawan-pahlawan itu diceritakan dalam upacara keagamaan di makam-makam, dan cerita ini berkembang dari tari dan nyanyi yang dipentaskan kembali ke dalam peristiwa dramatik. Pementasan tersebut kemudian diiringi dengan pertandingan atletik.
Seiring berjalannya waktu, peran dan fungsi upacara keagamaan semakin terpisah jauh dari fungsi dan peran teater, seperti halnya peran dan fungsi pendeta dan aktor. Mengapa terjadi pemisahan antara peran dan fungsi pendeta dan aktor? Terdapat teori yang mengatakan bahwa pemisahan terjadi karena manusia secara perlahan berubah menjadi manusia yang mementingkan spesialisasi pribadinya. Perubahan tersebut menyebabkan munculnya berbagai aktivitas yang berbeda yang menonjolkan kemampuan, baik dalam pekerjaan, agama, maupun kesenian.
Ketiga, teater berasal dari kesukaan dasar manusia mendengarkan cerita-cerita. Inilah yang kelak menciptakan drama dan menghadirkan penonton. Aristoteles mencatat bahwa drama Yunani Klasik berbentuk dithyramb yaitu hymne yang disuarakan dengan keras dan ditujukan pada dewa Dionysus. Hymne ini berkaitan dengan cerita Dionysus. Kemudian episode Donysus hilang dan uapcara keagamaan muncul. Orang Yunani Klasik mencipta cerita Dionysus yang dikaitkan peristiwa alam, yaitu musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim salju. Dengan demikian pemujaan dewa Dionysus merupakan tanda dari kebaikan perubahan alam sekaligus perubahan nasib manusia. Festival dalam pemujaan dewa Dionysus menjadi peristiwa yang dramatis. Dari festival ini pula plot dramatik mulai dikenal, dan drama Yunani mulai berjaya. Sayembara pun mulai diadakan untuk pembuatan naskah drama, dan sebagai pemenang naskah drama pertama kali adalah Thespis (534 BC), pemimpin dithyramb dari Scaria. Sejak ia memainkan naskahnya untuk pertama kali, ia pun dikenal sebagai aktor pertama. Ia memisahkan diri dari koor, naik ke atas meja ritual dan bertanya pada koor yang segera dijawab dengan tarian dan nyanyian. Dialog pun muncul pertama kali melalui permainan Thespis dan koor.
Naskah teater tertua di dunia yang pernah ditulis seorang pendeta Mesir, I Kher-nefert, di zaman peradaban Mesir Kuno kira-kira 2000 tahun sebelum tarikh Masehi. Pada zaman itu epradaban Mesir Kuno sudah maju. Mereka sudah bisa membuat piramida, sudah mengerti irigasi, sudah bisa membuat kalender, sudah mengenal ilmu bedah, dan juga sudah mengenal tulis menulis.I Kher-nefert menulis naskah tersebut untuk sebuah pertunjukan teater di ritual kota Abydos, sehingga terkenal sebagai naskah Abydos yang menceritakan pertarungan antara dewa buruk dan dewa baik. jalan cerita naskah Abydos juga ditemukan tergambar dalam relief kuburan yang lebih tua. Para ahli bisa memperkirakan bahwa jalan cerita itu sudah ada dimainkan orang sejak tahun 5000 SM. Meskipun baru muncul sebagai naskah tertulis di tahun 2000 SM.
Unsur-unsur dari teater primtif adalah (1) peniruan, (2) tari, dan (3) topeng. Manusia adalah makhluk paling imitatif di dunia, dan pertama kali mereka belajar melalui meniru. Pertama-tama ia akan mencoba mengungkapkan kembali penampilan objek-objek yang ditirunya melalui pahatan dan lukisan. Kedua, manusia akan berusaha mereproduksi perilaku, sikap tubuh, raut wajah, dan bahkan cara berbicara orang lain, bahkan peristiwa di keseharian yang ia saksikan. Ketiga, merupakan tahap paling tinggi, manusia membuat magi dan ritual, tarian, dan upacara.
Pada tingkat primitif, tari adalah bentuk kesenian yang diperoleh melalui peniruan. Manusia mencoba meniru irama spontan gerak kaki binatang. Kegairahan upacara menghadirkan irama langkah kaki menyamai gerakan khsus binatang atau dewa yang ditirunya. Hasilnya adalah gerakan rumit kaki dan tubuh yang sulit ditiru penari professional masa kini. Tari merupakan bahasa kata bagi manusia primitif, kata-kata yang sangat tepat dan rumit. Kesalahan gerak tangan dan kaki dapat mengakibatkan kegagalan sepenuhnya mantra sebuah upacara. Kesalahan bahkan dapat menimbulkan hukumuan, mendatangkan aib, atau dihukum mati. Upacara yang dilakukan suku primitif kebanyakan berupa tarian, semisalnya tari ular, tari kano, tari kijang, tari jagung, tari kepiting, dan tari matahari. Tari-tari ini memiliki arti penting kekuatan upacara.
Topeng yang pertama kali digunakan oleh bangsa primtif, entah untuk menyamar ataupun melakukan magi simpati, hanya kepala dan kulit binatang buas. Di baik topeng terletak dua bentuk kepercayaan primtif yang kita sebut animisme dan totemisme. Topeng memainkan peran penting untuk pemujaan arwah leluhur di mana drama pertama kali muncul. Kepercayaan animism beranggapan bahwa segala sesuatu yang ada di sekitarnya dikuasai oleh oh yang disebut anime atau jiwa. Roh tersebut memeiliki kekuatan yang lebih besar daripada roh yang masih ada dalam diri manusia, dan sulit diduga. Ia dapat pindah tempat dan mengambil bentuk lain. Roh tersebut menjadi sangat penting saat ia mendapat sifat kedewaan, dan manusia membuat topeng agar dapat berhubungan dengannya. Demikianlah topeng dibuat manusia menjadi semacam jimat bernyawa yang dapat dipakai manusia mengendalikan roh-roh dan membuat magi yang sangat kuat.
Manusia membuat topeng dari berbagai bahan. Kayu merupakan bahan pembuat topeng yang paling popular, juga metal, kulit dan batu, kerang, tanah liat, kain, anyaman kulit jagung bahkan tengkorak manusia. Orang Jepang selama 600 tahun membuat topeng drama Noh dengan cat dan ukiran yang sangat halus dan cangih. Suku Indian Amerika di daerah Barat Daya membuat topeng dengan cara sederhana, yaitu dari kepala dan kulit binatang. Ukir-ukiran tidak dibuat secara realistis. Topeng yang disebut Koyemshi dan Mud Heads hanya berbentuk kantong kulit berwarna coklat, dengan mata, telinga, dan mulut diikat berkerut, dan jambul di atas kepala yang diisi dengan debu yang diambil dari jalanan.

Selasa, 08 Mei 2012

ARTIKEL PEMBELAJARAN


Pembelajaran Nilai Religi Berdasarkan Cerpen


Oleh: Silka Yuanti Draditaswari
Mahasiswa Sastra Indonesia
Universitas Negeri Malang

Abstrak: Cerpen merupakan salah satu karya sastra fiksi yang mengandung banyak nilai kehidupan, salah satunya nilai religi. Nilai religi perlu diajarkan kepada siswa sebagai pembentuk moral. Pembelajaran nilai religi dalam cerpen dapat menggunakan model analisis nilai-nilai dengan menggunakan topik cerpen tertentu yang diperkirakan kaya akan nilai religi. Karya cerpen yang digunakan disamping berfungsi sebagai sumber pembelajaran, juga sebagai media pembelajaran yang digunakan siswa untuk menganalisis nilai-nilai religi.

Kata Kunci: cerpen, nilai religi, pembelajaran

            Sastra merupakan jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu. Sastra identik dengan fiksi yang berarti cerita rekaan mengandung imajinasi atau daya khayal. Sastra bersumber dari realita-realita kehidupan di dalam masyarakat. Sebuah karya sastra mengungkapkan tentang manusia dan kemanusiaan dalam konteks kehidupan sosial. Esten (1978:9) mengungkapkan bahwa kesusastraan merupakan pengungkapan dari fakta artistik dan imjinatif sebagai manifestasi kehidupan melalui bahasa sebagai medium dan mempunyai efek yang positif terhadap kehidupan manusia. Pada dasarnya karya sastra merupakan karya cipta yang mengungkapkan kembali pengamatan dan pengalaman pengarang tentang peristiwa pada kehidupan yang menarik. Peristiwa-peristiwa itu merupakan peristiwa nyata atau mungkin hanya terjadi dalam dunia khayal pengarang. Sastra memiliki dunia sendiri. Suatu kehidupan yang tidak harus identik dengan kenyataan.
Bentuk-bentuk karya sastra itu ada bermacam-macam seperti novel, cerpen (cerita pendek), syair, pantun, drama, dan lukisan. Cerpen adalah salah satu contoh karya sastra yang telah dikenal atau sudah tidak asing lagi bagi masyarakat luas. Cerpen merupakan pengungkapan suatu kesan yang hidup dari fragmen kehidupan manusia (Esten, 1978:12). Cerpen berfungsi sebagai gambaran kehidupan manusia dari generasi ke generasi lain dan dari satu zaman ke zaman berikutnya. Seorang penulis yang baik akan berusaha mendekati kehidupan dengan menghasilkan karya sastra yang bermakna. Dengan cerpen, pembaca akan memperoleh pemikiran dan pengalaman-pengalaman yang sangat bermanfaat bagi kehidupannya.
Gambaran kehidupan manusia yang ditulis penulis cerpen merupakan alur cerita atau narasi dalam cerpen. Hal itu merupakan dinamika kehidupan yang menyangkut kebahagiaan, kesedihan, kegagalan, dan keberhasilan manusia. Dari dinamika cerpen itulah tersirat adanya nilai-nilai kehidupan. Nilai kehidupan mencakup berbagai aspek, yaitu nilai moral, nilai religi, nilai kejujuran, nilai tanggung jawab, dan nilai tenggang rasa. Seluruh nilai tersebut memiliki sisi keunggulannya masing-masing. Hal ini berarti ada nilai kehidupan yang positif terutama nilai-nilai yang terkait dengan hubungan antar manusia, manusia dengan penciptanya. Nilai-nilai tersebut merupakan nilai-nilai religi yang dikandung dalam sebuah cerpen. Biasanya cerpen menggambarkan nilai-nilai religi itu dalam plot cerita seperti ukuran (pada diri seseorang) tentang tingkah laku (sikap, kata, situasi, dan lain-lain) yang tercermin pada sikap, kata, dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai religi memiliki sisi keunggulan dimana religi merupakan fondasi pertama manusia. Karna itulah nilai religi sangatlah penting untuk dipahami. Ditambah maraknya sastra religi membuat nilai religi ini lebih penting lagi untuk dianalisis, dipahami, dan diresapi maknanya.
Dalam kurikulum Bahasa Indonesia, cerpen dipelajari pada keempat aspek yaitu menulis, mendengarkan, membaca, dan berbicara. Sesuai dengan tema artikel ini, pembelajaran cerpen ditekankan pada aspek membaca. Lewat membaca itulah diharapkan siswa dapat melakukan analisis terhadap nilai religi yang ada dalam satu cerpen. Sebagai contoh, dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas IX SMP, terdapat rumusan kompetensi dasar menganalisis nilai kehidupan cerpen pada satu buku kumpulan cerpen. Hal ini berarti pembelajaran nilai religi berdasarkan cerpen sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar kurikulum Bahasa Indonesia. Hasil analisis diharapkan siswa dapat mengklasifikasi macam-macam nilai religi dan manfaat nilai religi. Religi ini penting juga bagi siswa agar lebih mudah dan kritis dalam menganalisis nilai-nilai religi yang terdapat dalam cerpen. Dengan semakin mudah dan kritis dalam menganalisis, maka siswa dapat memahami nilai, meresapi nilai, mengkritisi nilai, dan dapat menghasilkan sebuah tindakan positif dari nilai yang telah diresapi tersebut. Bagi guru, diharapkan memiliki keterampilan membelajarkan nilai religi melalui cerpen. Rencana, proses, dan hasil pembelajaran dapat ditulis menjadi karya ilmiah bertemakan pembelajaran nilai melalui cerpen. Artikel ini juga dapat ditindaklanjuti menjadi topik penelitian yang dapat dikerjakan oleh para peneliti untuk mendalami lebih lanjut pembelajaran nilai religi yang terdapat dalam cerpen maupun karya sastra yang lain.
Dari uraian diatas, maka  akan dibahas lebih jelas mengenai pembelajaran nilai-nilai religi pada cerpen. Pokok-pokok masalah yang akan dibahas meliputi penjelasan tentang (a) hakikat cerita pendek, (b) hakikat nilai religi, (c) teknik menemukan nilai religi pada cerpen, dan (d) pembelajaran nilai religi. Berdasarkan pokok-pokok masalah tesebut, artikel ini bertujuan untuk (a) menjelaskan hakikat cerita pendek, (b) menjelaskan hakikat nilai religi, (c) menginformasikan teknik menemukan nilai religi pada cerpen, dan (d) membahas pembelajaran nilai religi.

HAKIKAT CERITA PENDEK (CERPEN)
Cerita pendek atau cerpen adalah salah satu karya sastra yang telah dikenal oleh masyarakat dari kalangan manapun. Cerpen adalah cerita yang pada hakikatnya merupakan salah satu wujud pernyataan seni yang menggunakan bahasa sebagai media komunikasi. Cerpen telah menjadi salah satu wadah kreatifitas bagi penulis dan hiburan bagi pembacanya.
Bagi penulis, cerpen merupakan wadah kreatifitas untuk menyampaikan/ menuangkan ide-ide yang memiliki nilai sebagai refleksi atau inspirasi untuk pembaca. Suroto (1989:18) berpendapat bahwa cerpen merupakan suatu karangan prosa yang berisi cerita sebuah persitiwa kehidupan manusia pelaku dalam cerita tersebut. Pernyataan ini sama dengan Esten (1978:12) yang menerangkan bahwa cerpan adalah pengungkapan suatu kesan yang hidup dari fragmen kehidupan manusia. Interpretasi pengarang terhadap kehidupan dituangkan dalam cerpen, dimana dalam cerpen berisi cerita rekaan yang masalahnya singkat, jelas, padat, dan terkonsentrasi pada suatu peristiwa.
Bagi pembaca, cerpen adalah sebuah bacaan fiksi yang pesannya dapat didapat dalam sekali baca. Cerpen mengandung cerita penggalan hidup manusia yang ditulis secara fiksi agar menarik dan tidak membosankan. Dalam cerpen, dikisahkan sepenggal kehidupan tokoh (pelaku) yang penuh pertikaian, penuh peristiwa yang mengharukan/ menyenangkan, dan mengandung kesan yang tidak mudah dilupakan (Wiyanto, 2005:100). Dengan dibuatnya alur cerita yang tidak membosankan dan peristiwa yang menarik, pembaca dapat mengambil nilai/ amanat dari cerpen tersebut. Pergolakan jiwa pada diri pelaku dalam cerpen yang dapat menyentuh nurani pembaca dapat dikategorikan sebagai sebuah nilai terbaik dari cerpen itu sendiri.

HAKIKAT NILAI RELIGI
Nilai religius merupakan salah satu nilai yang termasuk dalam nilai moral. Secara umum moral mencakup tentang ajaran baik buruk yang diterima secara umum. Ajaran baik buruk tersebut adalah perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti, susila, dan sebagainya. Moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan mengenai pandangan hidup pengarang yang bersangkutan dengan nilai-nilai kebenaran. Nilai-nilai kebenaran itulah yang ingin disampaikannya kepada pembaca (Nurgiyantoro, 2005:320—321). Moral dalam cerita bersifat praktis, yaitu dapat ditafsirkan oleh pembaca. Moral dalam cerita pendek berarti dapat dipahami pembaca dengan mudah. Moral ini dijabarkan melalui percakapan dan sikap tokoh dalam cerpen.
Istilah religi bersifat mengatasi lebih dalam dan lebih luas. Hal ini dikarenakan istilah religi lebih menjunjung tinggi sifat-sifat manusiawi (peduli sesama), hati nurani, harkat, dan martabat serta kebebasan pribadi yang dimiliki manusia (Nurgiyantoro, 2005:321). Nilai religius merupakan nilai yang bertujuan untuk menyadarkan manusia sebagai human nature (manusia seutuhnya). Religi tidak hanya menyangkut segi kehidupan secara lahiriah melainkan juga menyangkut keseluruhan diri pribadi manusia secara total dalam integrasinya hubungan ke dalam keesaan Tuhan (Nurgiyantoro, 2005:323). Berdasarkan teori-teori tersebut dapat dijabarkan bahwa bentuk-bentuk dari nilai-nilai religi seperti nilai ketaqwaan, keimanan, tawakal, kesabaran, kejujuran, empati, saling menghormati, tolong menolong, dan lain-lain.
Nilai religi bertujuan untuk mendidik agar manusia lebih baik dan selalu ingat kepada Tuhan. Nilai religi yang terkandung dalam cerpen dimaksudkan agar pembaca mendapatkan renungan-renungan batin dalam kehidupan yang bersumber pada nilai-nilai agama. Nilai religi merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak serta bersumber pada kepercayaan atau keyakinan manusia.

TEKNIK MENEMUKAN NILAI RELIGI PADA CERPEN
Dalam karya sastra, nilai religi disampaikan pengarang secara eksplisit dengan mendorong atau mempengaruhi pembaca untuk memahami, menghayati, dan menyadari masalah serta ide mengenai nilai religi tersebut. Proses dimana pembaca, yaitu siswa sebagai peserta didik mata pelajaran Bahasa Indonesia, dapat menemukan nilai religi tersebut terdapat tiga tahap, yaitu tahap memahami ciri-ciri nilai religi, tahap membaca pemahaman, dan tahap menganalisis.
Nilai religi bersifat praktis, sebab nilai religi dapat ditampilkan atau ditemukan modelnya dalam kehidupan nyata sebagaimana model yang ditampilkan dalam cerita itu lewat sikap dan tingkah laku tokoh-tokohnya. Dengan begitu, pembaca dapat mengambil dan meresapi nilai-nilai religi yang terdapat dalam cerpen dengan mudah . Ciri-ciri dari nilai religi tersebut adalah (1) nilai tersebut bersifat mutlak (2) merupakan petunjuk bagi manusia dalam menyelenggarakan tata cara hidup yang nyata, dan (3) menekankan pada ketentraman batin, keselarasan, dan keseimbangan serta sikap menerima terhadap apa yang terjadi (Nurgiyantoro, 2005:325). Nilai dalam cerpen tidak selalu berada di akhir cerita. Nilai dalam cerpen terdapat di berbagai bagian cerita.
Berdasarkan ciri-ciri tersebut, perlu dilanjutkan dengan kegiatan membaca cerpen. Membaca adalah suatu proses aktif yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang disampaikan penulis melalui media bahasa tulis (Fardia, 2010:16). Terdapat dua ragam membaca, yaitu membaca nyaring (reading out loud) dan membaca dalam hati (silent reading). Membaca nyaring adalah proses melisankan sebuah tulisan dengan memperhatikan suara, intonasi, dan tekanan secara tepat yang diikuti oleh pemahaman makna bacaan oleh pembaca (Rahim, 2007:121). Membaca dalam hati adalah membaca yang dilakukan tanpa suara dengan tujuan untuk memahami isi teks secara lebih mendalam (Rahim, 2007:121). Membaca dalam hati dibagi menjadi dua, yaitu membaca ekstensif dan intensif (Fardia, 2010:17).
Membaca intensif adalah membaca secara cermat untuk memahami suatu teks secara tepat dan akurat (Fardia, 2010:17). Tujuannya adalah untuk memperoleh sukses dalam pemahaman penuh terhadap argumen-argumen yang logis. Membaca intensif meliputi membaca telaah isi yang bertujuan menangkap ide-ide dalam bacaan yang mencakup membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, dan membaca ide (Fardia, 2010:18). Membaca pemahaman dapat digunakan sebagai pembelajaran karena kekhasannya. Kekhasan pembelajaran ini terletak pada aspek keterampilan yang akan dibelajarkan mulai dari tahap prabaca, saat baca, dan pascabaca. Teknik dari membaca pemahaman tersebut terdapat dua, yaitu teknik scanning dan skimming. Teknik scanning merupakan teknik membaca untuk mendapatkan suatu informasi dengan mencari fakta khusus dan informasi tertentu. Teknik simming merupakan tindakan untuk mengambil intisari atau saripati dari suatu hal (Fardia, 2010:22—23). Dengan menggunakan teknik membaca skimming, siswa dapat menemukan nilai religi berdasarkan ciri-ciri nilai di atas dengan intisari yang penuh dan tepat.
Untuk memaknai nilai religi tersebut, perlu kegiatan analisis yang akurat agar mencapai pemaknaan atau pemahaman yang mendalam. Menganalisis melibatkan proses memecah-mecah materi menjadi bagian-bagian kecil dan menentukan hubungan antar bagian dan antara setiap bagian dan struktur keseluruhannya. Menganalisis ini meliputi proses kognitif membedakan, mengorganisasi, dan mengaribusikan. Membedakan melibatkan proses memilah bagian yang relevan atau penting dari sebuah struktur, proses mengorganisasi secara struktural, dan menentukan bagian-bagian yang sesuai dengan struktur keseluruhannya. Mengorganisasi melibatkan proses mengidentifikasi elemen komunikasi atau situasi dan proses mengenali elemen yang membentuk sebuah struktur koheren. Sedangkan mengatribusikan melibatkan proses dekonstruksi, yaitu penentuan tujuan pengarang tulisan (Longman, 2010:120—124).
Berikut akan dicontohkan mengenai teknik menemukan nilai religi pada cerpen “Robohnya Surau Kami”. Dalam awal cerita dapat ditemukan bahwa tokoh kakek merupakan seseorang yang taat ibadah. Penjelasan tersebut terdapat dalam kutipan cerpen berikut “dan di pelantaran kiri surau itu akan Tuan temui seorang tua yang biasanya duduk di sana dengan segala tingkah ketuaannya dan ketaatannya beribadat. Sudah bertahun-tahun ia sebagai garin, penjaga surau itu. Orang-orang memanggilnya kakek”. Nilai religi ketaatan ini merupakan contoh dari ciri nilai religi merupakan petunjuk bagi manusia dalam menyelenggarakan tata cara hidup yang nyata.
Selanjutnya, pada kalimat kedua tertulis “orang-orang suka meminta tolong kepadanya, sedangkan ia tak pernah meminta imbalan apa-apa”. Pada kalimat ini terdapat nilai religi keikhlasan yang dimiliki oleh tokoh kakek. Tokoh kakek adalah orang yang suka menolong tanpa pamrih kepada orang lain. Keikhlasan merupakan sifat terpuji yang mutlak terdapat dalam kitab suci. Sifat ini juga merupakan contoh dari ciri nilai religi menekankan pada ketentraman batin, keselarasan, dan keseimbangan serta sikap menerima terhadap apa yang terjadi.
Pada kalimat keempat terdapat nilai religi yang menerangkan bahwa tokoh kakek memiliki sifat sabar dan tawakal, berikut kutipannya “Sudah lama aku tidak marah-marah lagi. Takut aku kalau imanku rusak karenanya, ibadatku rusak karenanya. Sudah lama aku berbuat baik, beribadat, bertawakal kepada Tuhan. Sudah begitu lama aku menyerahkan diriku kepada-Nya. Dan Tuhan akan mengasihi orang-orang yang bertawakal.”. Dari kutipan tersebut, terlihat jelas perasaan takut kakek akan rusaknya amalan-amalan dan ibadah-ibadah yang telah ia lakukan selama ini. Ia hanya menyerahkan hidupnya dengan bertawakal kepada Tuhan.
Sifat sabar dan tawakal yang telah dianalisis di atas merupakan contoh dari ketiga ciri-ciri nilai religi. Sifat sabar dan tawakal merupakan sifat yang mutlak terdapat dalam kitab suci. Dengan sabar dan tawakal, maka manusia dapat menjalani kehidupan dengan tenteram dan seimbang.


PEMBELAJARAN NILAI RELIGI PADA CERPEN
Pembelajaran nilai religi pada cerpen merupakan pembelajaran dari aspek membaca dengan kompetensi dasar SMP kelas IX menganalisis nilai-nilai kehidupan cerpen pada satu buku kumpulan cerpen. Untuk mencapai kompetensi dasar tersebut, maka guru harus mampu menguasai tujuan, materi, model, media, dan sumber dari pembelajaran yang akan diajarkan. Langkah-langkah pembelajaran nilai religi pada cerpen meliputi tiga tahap, yaitu kegiatan awal, inti, dan akhir.
Pentingnya tahap awal pembelajaran direncanakan dan dilaksanakan dalam rangka menciptakan suasana kelas yang siap untuk menerima pembelajaran. Agar siswa lebih terfokus, guru harus menjelaskan tujuan dan manfaat pembelajaran. Sedangkan apersepsi dapat menggambarkan skemata awal yang dimiliki oleh siswa.
Pada tahap inti pembelajaran, skemata tersebut dikembangkan lebih lanjut oleh setiap siswa dengan memahami materi yang didialogkan dengan guru. Berdasarkan skemata tiap siswa, guru mulai memberi tugas membaca cerpen, memahami langkah-langkah menemukan nilai, kemudian menggunakannya untuk menganalisis nilai-nilai religi dalam cerpen yang sudah dibagikan. Untuk mendalami lebih lanjut nilai-nilai religi, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdialog dengan teman secara kooperatif mengenai hakikat nilai-nilai religi yang ditemukan. Guru berperan sebagai fasilitator dan memberikan reinforcement terhadap proses belajar siswa.
Pada tahap akhir pembelajaran, siswa dididik untuk terbiasa mengambil kesimpulan mengenai nilai-nilai religi yang telah ditemukan di bawah bimbingan guru. Kesimpulan tersebut diharapkan merupakan rumusan siswa sendiri, dengan kriteria terdapat klasifikasi dan hakikat nilai religi. Penilaian pembelajaran perlu dilaksanakan guru agar mencapai penilaian yang maksimal untuk proses pembelajaran siswa. Penilaian merupakan bagian dari evaluasi yang menyangkut penilaian proses dan hasil. Sasaran penilaian proses adalah pelaksanaan dan pengelolaan pembelajaran (Indrayanto, 2010). Penilaian hasil dapat dilihat dari lembar jawaban kerja siswa yang diberikan oleh guru. Selain itu, perlu dilakukan refleksi bersama guru siswa mengenai kendala yang dialami siswa dan manfaat nilai religi yang dapat diambil untuk diterapkan dalam kehidupan siswa.
Uraian di atas dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai kegiatan praktis pembelajaran yang menampilkan urutan sistematis aktivitas guru dan siswa. Pada kegiatan awal, guru dan siswa menampilkan aktivitas: (1) guru mengkondisikan suasana kelas, (2) guru melakukan apersepsi, (3) guru dan siswa berdialog tentang tujuan dan manfaat pembelajaran. Pada kegiatan inti, guru dan siswa melakukan aktivitas: (1) guru dan siswa membahas materi pembelajaran berupa cerpen, nilai-nilai religi, teknik menemukan nilai religi, (2) guru menugaskan siswa untuk membaca cerpen yang telah dibagikan kepada masing-masing siswa, (3) guru menanyakan kepada siswa mengenai garis besar cerita yang telah mereka baca, (4) guru menugaskan siswa menemukan nilai menggunakan teknik menemukan nilai religi, (5) siswa berdialog dengan temannya nilai religi yang sudah ditemukan, (6) guru menugaskan siswa menuliskan dan menjelaskan analisis dari  nilai-nilai religi cerpen yang telah ditemukan di lembar jawaban yang telah diberikan, (7) lembar jawaban dikumpulkan kepada guru, (8) guru menugaskan beberapa siswa untuk menjelaskan nilai religi cerpen yang telah ditemukan. Kegiatan akhir meliputi: (1) guru bersama siswa menarik kesimpulan dari pembelajaran menganalisis nilai religi pada cerpen tersebut, (2) guru melaksanakan penilaian untuk mengetahui pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan (3) guru bersama siswa mengadakan refleksi meliputi kendala siswa dalam menganalisis nilai religi pada cerpen, manfaat nilai religi yang ditemukan.

PENUTUP
Pembelajaran nilai religi pada cerpen yang berdasarkan kompetensi dasar menganalisis nilai-nilai kehidupan cerpen pada satu buku kumpulan cerpen merupakan pembelajaran yang menekankan pada aspek membaca dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Desain pembelajaran dikembangkan berdasarkan tiga tahap pembelajaran, yaitu tahap awal, inti, dan akhir. Ketiga tahap itu saling berkaitan sebagai satu kesatuan dalam kerangka penggalian dan analisis nilai-nilai religi cerpen. Dalam hal ini, peran siswa lebih aktif karna diposisikan sebagai subyek yang melakukan aktivitas belajar. Peran seperti inilah yang diharapkan dapat memberikan pengalaman dan hasil belajar berdasarkan temuan siswa sendiri. Selain itu, dengan pembelajaran nilai religi pada cerpen, siswa dapat membaca lebih kritis dan teliti dalam menganalisis nilai-nilainya. Untuk mencapai hasil yang kritis dan teliti, siswa juga perlu untuk meresapi cerita dan nilai tersebut. Dengan begitu, selain mencapai hasil analisis yang krisis dan teliti, siswa juga dapat meresapi nilai tersebut dalam kehidupannya. Dalam menganalisis nilai religi, siswa perlu memahami apa hakikat dari nilai religi dan ciri-ciri dari nilai religi agar dapat menemukannya di dalam cerpen dengan mudah dan tepat.
Guru sebagai penuntun siswa dalam proses pembelajaran harus bisa membuat pembelajaran yang menarik dan menyenangkan agar siswa dapat menerima pembelajaran dengan jelas dan menyenangkan. Guru harus menguasai materi yang akan diberikan juga kondisi siswa yang akan diajar. Oleh karna itu, keterampilan dan penguasaan seorang guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran sangatlah penting. Dengan begitu, siswa juga merasa tidak terbebani selama proses pembelajaran. Dengan kinerja yang bagus antara guru dengan siswa akan tercipta proses pembelajaran yang baik, inovatif, menarik dan siswa dapat termotivasi sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang baik sesuai standar ketuntasan minimal.

Minggu, 15 April 2012


Deadline: 31 Mei 2012
LOMBA CERPEN
  1. Peserta Asli Berwarga Negara Indonesia. Tema Cerpen bebas, asal tidak bersinggungan dengan SARA dan Pornografi, juga tidak menyudutkan suatu pihak tertentu.
  2. Peserta dianjurkan untuk memposting info lomba ini sebanyak-banyaknya dan bergabung di Komunitas Sastra Pena Dunia.
  3. Naskah cerpen harus asli karya sendiri, tidak pernah/sedang diikutkan dalam lomba lain, juga tidak pernah/sedang dimuat di media apapun.
  4. Panjang naskah cerpen minimal 4 Halaman A4, diketik dengan Times New Roman 12 pt margin Normal Spasi 1,5(Satu Setengah).
  5. Dikirim ke Email: sastrapenadunia@yahoo.com dengan Subjek Email : CERPEN_NAMA PENULIS Sertakan Biodata penulis (ada Nama, Alamat Lengkap, No HP Aktif).
  6. Tiap peserta diperbolehkan mengirimkan lebih dari satu karya (tidak ada batasan maksimum karya).
  7. Peserta melakukan registrasi/pendaftaran Rp. 10.000,- setiap judul karya dan melampirkan bukti struk transfer registrasi yang dikirim bersama naskahnya (di foto/scan).
  8. Nomor Rekening Pendaftaran Bank BNI: 021-844-5456 Atas Nama : Zainul Muttaqin.
  9. Pendaftaran dan Penerimaan Naskah Terakhir tanggal 31 Mei 2012. Dewan Juri menetapkan 3 Pemenang
• HADIAH Dewan juri menetapkan 3 orang terbaik pemenang dari Lomba Cerpen ini, dan berhak mendapatkan hadiah berikut:
  • Juara 1 – Rp. 3.000.000.00 (Tiga Juta Rupiah)
  • Juara 2 – Rp. 2.000.000.00 (Dua Juta Rupiah)
  • Juara 3 – Rp. 1.000.000.00.(Satu Juta Rupiah)
LOMBA PUISI
  1. Peserta Asli Berwarga Negara Indonesia.
  2. Tema Puisi bebas, asal tidak bersinggungan dengan SARA dan Pornografi, juga tidak menyudutkan suatu pihak tertentu Peserta dianjurkan untuk memposting info lomba ini sebanyak-banyaknya dan bergabung di Group Komunitas Sastra Pena Dunia Naskah puisi harus asli karya sendiri, tidak pernah/sedang diikutkan dalam lomba lain, juga tidak pernah/sedang dimuat di media apapun Panjang naskah puisi maksimal 3 Halaman A4, diketik dengan Times New Roman 12 pt margin Normal Spasi 1,5(Satu Setengah).
  3. Dikirim ke Email: sastrapenadunia@yahoo.com dengan Subjek Email : PUISI_NAMA PENULIS Sertakan Biodata penulis (ada Nama, Alamat Lengkap, No HP Aktif).
  4. Tiap peserta diperbolehkan mengirimkan lebih dari satu karya (tidak ada batasan maksimum karya) Peserta melakukan registrasi/pendaftaran Rp. 10.000,- setiap judul karya dan melampirkan bukti struk transfer registrasi yang dikirim bersama naskahnya (di foto/scan).
  5. Nomor Rekening Pendaftaran Bank BNI: 021-844-5456 Atas Nama : Zainul Muttaqin. Pendaftaran dan Penerimaan NaskahTerakhir tanggal 31 Mei 2012. Dewan Juri menetapkan 3 Pemenang
• HADIAH Dewan juri menetapkan 3 orang terbaik pemenang dari Lomba Puisi ini, dan berhak mendapatkan hadiah berikut:
  • Juara 1 – Rp. 3.000.000.00 (Tiga Juta Rupiah)
  • Juara 2 – Rp. 2.000.000.00 (Dua Juta Rupiah)
  • Juara 3 – Rp. 1.000.000.00.(Satu Juta Rupiah)
LOMBA ESSAY
  1. Peserta Asli Berwarga Negara Indonesia.
  2. Tema Essay “Sastra dalam dunia Maya”
  3. Peserta dianjurkan untuk memposting info lomba ini sebanyak-banyaknya dan bergabung di Group Komunitas Sastra Pena Dunia Naskah Essay harus asli karya sendiri, tidak pernah/sedang diikutkan dalam lomba lain, juga tidak pernah/sedang dimuat di media apapun Panjang naskah Essay minimal 3 Halaman A4, diketik dengan Times New Roman 12 pt margin Normal Spasi 1,5(Satu Setengah). Dikirim ke Email: sastrapenadunia@yahoo.com dengan Subjek Email : ESSAY_NAMA PENULIS Sertakan Biodata penulis (ada Nama, Alamat Lengkap, No HP Aktif). Tiap peserta diperbolehkan mengirimkan lebih dari satu karya (tidak ada batasan maksimum karya) Peserta melakukan registrasi/pendaftaran Rp. 10.000,- setiap judul karya dan melampirkan bukti struk transfer registrasi yang dikirim bersama naskahnya (di foto/scan).
  4. Nomor Rekening Pendaftaran Bank BNI: 021-844-5456 Atas Nama : Zainul Muttaqin.
  5. Pendaftaran dan Penerimaan NaskahTerakhir tanggal 31 Mei 2012.
  6. Dewan Juri menetapkan 3 Pemenang
• HADIAH Dewan juri menetapkan 3 orang terbaik pemenang dari Lomba Puisi ini, dan berhak mendapatkan hadiah berikut:
  • Juara 1 – Rp. 2.000.000 (Dua Juta Rupiah)
  • Juara 2 – Rp. 1.000.000 (Satu Juta Rupiah)
  • Juara 3 – Rp. 750.000 (Tujuh Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah) LAIN-LAIN Keputusan Dewan juri tidak dapat diganggu gugat. Dan peserta boleh mengikuti semua lomba dengan tetap memperhatikan syarat dan ketentuan yang berlaku
• Pengumuman Pemenang Semua Lomba pada Tanggal 25 Juni 2012 di Group KOMUNITAS SASTRA PENA DUNIA

Sumber:

Jumat, 23 Maret 2012

SULAMAN SENDU

Oleh: Silka Yuanti Draditaswari

Ini lembar baru di atas saksi Tuhan
Aku tulis ludruk yang tertindas opera sabun
Dimana sabun sekarang terkesan mahal dan penting
Untuk menggosok wajah bapak dan ibu rakyat yang tumpul
Ketumpulan juga kutanyakan pada bapak terhormat
Tidak, pisaumu tak tumpul
Aku telah mengasahnya untukmu
Namun, mengapa kau tebaskan pada sawahku di kampung?
Apakah tajam tiada tebas pada kerbau manja yang bisanya hanya tidur?
Anakku ada di sawah sana sedang sekolah kewarganegaraan kita
Istriku ada di sawah sedang memasak garam goreng untuk lauk makan siangku
Sajadah putihku juga ada di sawah hijauku
Tapi dengan lancangnya kau menginjak lumpurku dan memakan padi-padi yang belum tumbuh
Inikah rupamu yang busuk itu?
Matamu ke kanan, telingamu ke kiri
Kau ini bukan penegak keadilan!
Sama saja dengan bapak dan ibu yang tamak di sana
Melihatku dengan sendu
Menertawakanku di punggungnya

LOMBA PIDATO BAHASA JEPANG PANDAN COLLEGE 2012


Hadiah Tiket Gratis pergi-pulang Indonesia-Tokyo, Japan (untuk 2 orang)
Dalam rangka ulang tahun ke lima Pandan College menyelenggarakan Lomba Pidato Bahasa Jepang (LPBJ) di :
Pandan College Jakarta
Jl. KH Dewantara Ruko Golden 8 No.C6-C7
Gading Serpong, Tangerang 15114
Sabtu, 19 Mei 2012
Mulai Jam 10.00wib
Pandan College Bali
Jl. Cok Agung Tresna No. 15 Blok. 7 Renon,
Denpasar Bali 80235
Sabtu, 19 Mei 2012
Mulai Jam 10.00wita
FINAL, hari Sabtu, 2 Juni 2012, Dimulai Jam 10.00wib di Pandan College Jakarta
  1. Untuk Warga Negara Indonesia berdomisili di Indonesia. Lomba Pidato akan dilakukan di dua tempat, di Jakarta dan di Bali pada tanggal 19 Mei 2012. Biaya Pendaftaran Rp.50.000,- per orang, untuk mengikuti Lomba ini. Uang yang telah diterima tak dapat dikembalikan dengan alasan apa pun juga. Naskah diterima Selambatnya 5 Mei 2012
  2. Pemenang masing-masing kota akan berlomba di FINAL LPBJ di Jakarta pada tanggal 2 Juni 2012. Biaya transportasi pp dan hotel satu malam (1 Juni 2012 malam saja) beserta makan pagi, bagi pemenang Semi Final Pandan College Bali (19 Mei 2012), akan dibiayai Panitia. Hanya juara pertama dan juara kedua yang akan dikirimkan ke Jakarta. Apabila tidak (bisa) ikut (dengan alasan apa pun) ke Jakarta saat final 2 Juni 2012, otomatis gugur dari Final dan gugur pula sebagai Juara di Pandan College Bali. Tiket pesawat tanggal 1 Juni 2012 dan hotel HANYA dari Panitia yang akan menentukan. Tidak ada pilihan dari peserta sendiri (termasuk tidak ada pilihan jam berangkat/pulang). Apabila beli sendiri tidak ada penggantian uang apa pun dari Panitia.
  3. Dua Pemenang FINAL LPBJ akan mendapat masing-masing tiket gratis Indonesia-Tokyo (pergi-pulang).
  4. LPBJ terbuka untuk umum, laki-laki maupun wanita, usia sampai dengan 24 tahun saat LPBJ dilakukan. Misalnya LPBJ tanggal 2 Juni. Saat itu ulang tahun ke 25 (tanggal lahir 2 Juni 1987), masih diperkenankan. Tanggal lahir 3 Juni 1987 sudah DILARANG ikut serta.
  5. Hadiah hanya berupa tiket pesawat saja. Apabila tidak dipakai dapat ditukar dengan kupon Pandan College senilai satu juta rupiah. 
  6. Tema LPBJ adalah “Lingkungan Hidup”. Misalnya, Memasyarakatkan Penggunaan Sepeda untuk ke Sekolah, Melestarikan Hutan dan Seisinya Guna Kestabilan Lingkungan Hidup Manusia, dll.
  7. LPBJ berupa Pidato Lisan di depan Dewan Juri dan umum
  8. Peserta diharuskan membuat skenario Pidato yang akan dibawakan (tidak boleh dibaca), diberikan kepada Panitia Selambatnya 5 Mei 2012. Sedangkan naskah pidato untuk Final harus diserahkan kepada Panitia selambatnya 26 Mei 2012.
  9. Isi pidato LPBJ Semi Final dan Final harus lain, tidak boleh sama.
  10. Naskah penulisan yang diterima Panitia harus ditulis tangan (hiragana, katakana, kanji) dan akan ikut mempengaruhi penilaian LPBJ.
  11. Panjang pidato maksimal lima menit. Untuk Tingkat Final, panjang Pidato maksimal 10 menit per orang.
  12. Apabila jumlah peserta jauh melebihi jumlah yang diharapkan, sangat banyak, akan dilakukan penyeleksian naskah pidato saja, dan Panitia hanya akan memanggil yang lolos dalam penyeleksian tersebut.
  13. Penilaian dan keputusan dewan juri dan Hasil Lomba ini, tidak dapat diganggu-gugat dengan alasan apa pun atau oleh siapa pun, kecuali kemudian hari diketahui adanya pelanggaran oleh Peserta.
  14. Apabila melanggar dari ketentuan ini otomatis gugur dan Panitia dan atau Pandan College tidak akan bertanggungjawab atas segala kerugian yang ada dialami (Calon) Peserta LPBJ. Apabila di kemudian hari diketahui oleh Pandan College, terjadi pelanggaran, khususnya bagi Pemenang, selain menggugurkan kedudukan sebagai Pemenang, Pandan College berhak menuntut ganti rugi sedikitnya dua kali lipat dari hadiah yang telah diberikan kepada Pemenang.
  15. Selain dua tiket gratis ke Jepang, hadiah-hadiah lain akan disediakan kepada para pemenang LPBJ.
  16. Peserta yang dipanggil ke Tingkat Semi Final di Bali atau di Tangerang, 19 Mei 2012, KHUSUSNYA peserta dari luar Bali dan luar Tangerang, semua biaya transportasi dan sebagainya ke tempat acara penyelenggaraan LPBJ, ditanggung sendiri (Tidak ada uang apa pun dari Panitia).
  17. Apabila salah satu atau kedua orangtua peserta, menggunakan bahasa Jepang sebagai ebahasa Ibuf maka peserta tidak diperkenankan ikut serta.
  18. Belum pernah tinggal di Jepang (dengan alasan atau maksud apa pun) sedikitnya selama 6 bulan (berturut-turut atau sebagian-sebagian sehingga berjumlah 6 bulan).
  19. Belum pernah sebagai pemenang Lomba Pidato Bahasa Jepang (Japanese Speech Contest) di mana pun juga.
  20. Naskah belum pernah digunakan dalam lomba pidato/speech contest di manapun sebelumnya.
  21. Pembuat dan ide naskah harus asli dari peserta sendiri.
  22. Peserta tidak diperkenankan menyebut nama Lembaga Pendidikan yang sedang dimasuki
  23. Peserta tidak diperbolehkan membawa alat peraga saat membawakan pidatonya
  24. Persyaratan lain akan menyusul dan memiliki kekuatan hukum yang sama.
  25. Pemenang akan diumumkan di website Pandan College http://pandan.ac.id/ pada tanggal 4 Juni 2012.
Management
Pandan College
Jl. KH Dewantara Ruko Golden 8 No.C6-C7, Gading Serpong, Tangerang 15111.
Tel.021-2727-2511, 021-2923-8782
Jl. Cok Agung Tresna No.15, Renon, Denpasar, Bali 80235.
Tel.0361-255-225, 0361-796-7654
Kirim email ke: info@sekolah.biz Subject: [Lomba Pidato Bahasa Jepang]
Kriteria Penilaian
Dewan juri akan memberikan penilaian sebagai berikut:
1. Isi pidato : 40%
(pemilihan tema, susunan kalimat, penyampaian pendapat).
2. Bahasa Jepang : 20%
(ketepatan intonasi dan aksentasi, tata bahasa dan pemakaian kata)
3. Cara penyampaian pidato : 20%
(sikap berpidato, kefasihan berbicara, volume suara)
4. Interview : 20%
(penilaian berdasarkan tingkat pengertian terhadap tema pidato yang dibawakan dan kemampuan menjawab pertanyaan : jelas atau tidak)
5. Keputusan juri mutlak dan tidak dapat diganggu gugat
Dewan Juri
Dewan juri terdiri dari
1. Tenaga ahli bahasa Jepang (native speaker)
2. Orang Indonesia yang terkait dengan pendidikan bahasa Jepang
3. Masyarakat umum yang mengerti pidato bahasa Jepang (kewarganegaraan apa saja)

Sumber: Ajang Kompetisi

LOMBA MENULIS NOVEL 2012 DKJ (DEWAN KESENIAN JAKARTA)


Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) kembali menggelar Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta 2012.
Ketentuan Umum
  • Peserta adalah warga negara Indonesia (dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk atau bukti identitas lainnya).
  • Peserta boleh mengirimkan lebih dari satu naskah.
  • Naskah belum pernah dipublikasikan dalam bentuk apa pun, baik sebagian maupun seluruhnya.
  • Naskah tidak sedang diikutkan dalam sayembara serupa.
  • Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik.
  • Tema bebas.
  • Naskah adalah karya asli, bukan saduran, bukan jiplakan (sebagian atau seluruhnya).
Ketentuan Khusus
  • Panjang naskah minimal 150 halaman A4, 1,5 spasi, Times New Roman 12.
  • Peserta menyertakan biodata dan alamat lengkap dalam lembar tersendiri, di luar naskah.
  • Batas akhir pengiriman naskah: 30 Agustus 2012 (cap pos atau diantar langsung).
  • Empat salinan naskah yang diketik dan dijilid dikirim ke:
Panitia Sayembara Menulis Novel DKJ 2012
Dewan Kesenian Jakarta
Jl. Cikini Raya 73
Jakarta 10330
 Lain-lain
  • Para Pemenang akan diumumkan dalam Malam Anugerah Sayembara Menulis Novel DKJ 2012 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, pada Desember 2012.
  • Hak Cipta dan hak penerbitan naskah peserta sepenuhnya berada pada penulis.
  • Keputusan Dewan Juri tidak dapat diganggu gugat dan tidak diadakan surat-menyurat.
  • Pajak ditanggung pemenang.
  • Sayembara ini tertutup bagi anggota Dewan Kesenian Jakarta Periode 2009—2012 dan keluarga inti Dewan Juri.
  • Dewan Juri terdiri dari kalangan sastrawan dan akademisi sastra.
Hadiah
  • Pemenang utama Rp 20 juta.
  • Empat pemenang unggulan @ Rp 4 juta.
Total hadiah sayembara dua tahunan ini menurun, terutama bila dibandingkan tahun 2006 yang totalnya 60 juta. Lalu pada tahun 2008 cuma 47,5 juta. Naik sedikit menjadi 50 juta di tahun 2010. Dan sekarang turun lagi jadi 36 juta.

Sumber: Ajang Kompetisi

LOMBA FOTO PENDIDIKAN 2012


Dalam rangka Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2012, Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), menyelenggarakan Lomba Foto Pendidikan.
Tema Lomba Foto adalah “Menjangkau yang Tidak Terjangkau”
  1. Lomba terbagi dalam 3 kategori, yaitu:
    • Kategori Pelajar dan Mahasiswa
    • Kategori Umum/Profesional
    • Kategori Wartawan
  2. Foto adalah karya asli dan belum pernah diikutsertakan dalam lomba foto lain
  3. Foto dikirim dalam bentuk berwarna (Fullcolour) dan dibuat pada masa Januari hingga 10 April 2012. Untuk kategori Wartawan, foto tersebut pernah dimuat di media yang dibuktikan dengan bukti pemuatan.
  4. Peserta maksimal mengirimkan lima karya foto dengan mencantumkan judul foto dan narasi serta  identitas lengkap peserta (foto copy KTP, Kartu Pelajar/Kartu Mahasiswa dan Kartu Pers jika kategori Wartawan)
  5. Foto dikirim dalam format JPG dengan ukuran 1,2 Mb dengan resolusi per inci 72
  6. Karya foto dikirim melalui email: pih@kemdikbud.go.id dengan cc: lombafoto_kemdikbud@yahoo.com, atau dikirim melalui pos dalam bentuk CD/Flashdisk ditujukan kepada Panitia Lomba Foto Pendidikan dengan alamat :  Gerai Informasi Media (GIM), Pusat Informasi dan Humas, Gedung C lt.1, Kemdikbud, Jl. Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta,  paling lambat di terima panitia tanggal 10 April 2012 (baik email maupun lewat pos). Untuk info lebih lanjut hubungi: Anang Kusuma (0856 889 1640).
  7. Peserta Lomba bukan pegawai Kemdikbud Pusat
  8. Karya foto yang telah dikirim menjadi milik panitia (hak siar) dan akan digunakan untuk kepentingan publikasi dan sosialisasi Kemdikbud, serta tidak boleh dipublikasikan di tempat lain
  9. Hasil lomba akan diumumkan di website Kemdikbud
  10. Panitia berhak menggugurkan pemenang apabila diketahui tidak sesuai dengan ketentuan
  11. Keputusan Juri bersifat mutlak dan tidak dapat diganggu gugat
  12. 5 nominator terbaik masing-masing kategori berhak memperoleh Piagam Penghargaan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dan Pemenang I, II, dan III masing-masing kategori berhak atas hadiah sebesar:
  • Juara I    :    Rp 10.000.000    (dipotong pajak 5%)
  • Juara II    :    Rp   5.000.000    (dipotong pajak 5%)
  • Juara III    :    Rp   2.500.000    (dipotong pajak 5%)
 Lomba Foto 2012

Sumber: Ajang Kompetisi