Mengenai Saya

Foto saya
Perempuan kelahiran Kota Malang yang terus belajar, mencoba, lalu berkreasi
Hai! Selamat datang dan selamat menikmati sajian tulisan-tulisan yang semoga bermanfaat ini. Kotak saran dan kritik sangat terbuka, jadi jangan sungkan-sungkan untuk memberikan komentar. Jangan lupa menuliskan sumbernya ya jika mau merujuk tulisan-tulisan di blog ini. Have a nice surf :)

Selasa, 08 Mei 2012

ARTIKEL PEMBELAJARAN


Pembelajaran Nilai Religi Berdasarkan Cerpen


Oleh: Silka Yuanti Draditaswari
Mahasiswa Sastra Indonesia
Universitas Negeri Malang

Abstrak: Cerpen merupakan salah satu karya sastra fiksi yang mengandung banyak nilai kehidupan, salah satunya nilai religi. Nilai religi perlu diajarkan kepada siswa sebagai pembentuk moral. Pembelajaran nilai religi dalam cerpen dapat menggunakan model analisis nilai-nilai dengan menggunakan topik cerpen tertentu yang diperkirakan kaya akan nilai religi. Karya cerpen yang digunakan disamping berfungsi sebagai sumber pembelajaran, juga sebagai media pembelajaran yang digunakan siswa untuk menganalisis nilai-nilai religi.

Kata Kunci: cerpen, nilai religi, pembelajaran

            Sastra merupakan jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu. Sastra identik dengan fiksi yang berarti cerita rekaan mengandung imajinasi atau daya khayal. Sastra bersumber dari realita-realita kehidupan di dalam masyarakat. Sebuah karya sastra mengungkapkan tentang manusia dan kemanusiaan dalam konteks kehidupan sosial. Esten (1978:9) mengungkapkan bahwa kesusastraan merupakan pengungkapan dari fakta artistik dan imjinatif sebagai manifestasi kehidupan melalui bahasa sebagai medium dan mempunyai efek yang positif terhadap kehidupan manusia. Pada dasarnya karya sastra merupakan karya cipta yang mengungkapkan kembali pengamatan dan pengalaman pengarang tentang peristiwa pada kehidupan yang menarik. Peristiwa-peristiwa itu merupakan peristiwa nyata atau mungkin hanya terjadi dalam dunia khayal pengarang. Sastra memiliki dunia sendiri. Suatu kehidupan yang tidak harus identik dengan kenyataan.
Bentuk-bentuk karya sastra itu ada bermacam-macam seperti novel, cerpen (cerita pendek), syair, pantun, drama, dan lukisan. Cerpen adalah salah satu contoh karya sastra yang telah dikenal atau sudah tidak asing lagi bagi masyarakat luas. Cerpen merupakan pengungkapan suatu kesan yang hidup dari fragmen kehidupan manusia (Esten, 1978:12). Cerpen berfungsi sebagai gambaran kehidupan manusia dari generasi ke generasi lain dan dari satu zaman ke zaman berikutnya. Seorang penulis yang baik akan berusaha mendekati kehidupan dengan menghasilkan karya sastra yang bermakna. Dengan cerpen, pembaca akan memperoleh pemikiran dan pengalaman-pengalaman yang sangat bermanfaat bagi kehidupannya.
Gambaran kehidupan manusia yang ditulis penulis cerpen merupakan alur cerita atau narasi dalam cerpen. Hal itu merupakan dinamika kehidupan yang menyangkut kebahagiaan, kesedihan, kegagalan, dan keberhasilan manusia. Dari dinamika cerpen itulah tersirat adanya nilai-nilai kehidupan. Nilai kehidupan mencakup berbagai aspek, yaitu nilai moral, nilai religi, nilai kejujuran, nilai tanggung jawab, dan nilai tenggang rasa. Seluruh nilai tersebut memiliki sisi keunggulannya masing-masing. Hal ini berarti ada nilai kehidupan yang positif terutama nilai-nilai yang terkait dengan hubungan antar manusia, manusia dengan penciptanya. Nilai-nilai tersebut merupakan nilai-nilai religi yang dikandung dalam sebuah cerpen. Biasanya cerpen menggambarkan nilai-nilai religi itu dalam plot cerita seperti ukuran (pada diri seseorang) tentang tingkah laku (sikap, kata, situasi, dan lain-lain) yang tercermin pada sikap, kata, dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai religi memiliki sisi keunggulan dimana religi merupakan fondasi pertama manusia. Karna itulah nilai religi sangatlah penting untuk dipahami. Ditambah maraknya sastra religi membuat nilai religi ini lebih penting lagi untuk dianalisis, dipahami, dan diresapi maknanya.
Dalam kurikulum Bahasa Indonesia, cerpen dipelajari pada keempat aspek yaitu menulis, mendengarkan, membaca, dan berbicara. Sesuai dengan tema artikel ini, pembelajaran cerpen ditekankan pada aspek membaca. Lewat membaca itulah diharapkan siswa dapat melakukan analisis terhadap nilai religi yang ada dalam satu cerpen. Sebagai contoh, dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas IX SMP, terdapat rumusan kompetensi dasar menganalisis nilai kehidupan cerpen pada satu buku kumpulan cerpen. Hal ini berarti pembelajaran nilai religi berdasarkan cerpen sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar kurikulum Bahasa Indonesia. Hasil analisis diharapkan siswa dapat mengklasifikasi macam-macam nilai religi dan manfaat nilai religi. Religi ini penting juga bagi siswa agar lebih mudah dan kritis dalam menganalisis nilai-nilai religi yang terdapat dalam cerpen. Dengan semakin mudah dan kritis dalam menganalisis, maka siswa dapat memahami nilai, meresapi nilai, mengkritisi nilai, dan dapat menghasilkan sebuah tindakan positif dari nilai yang telah diresapi tersebut. Bagi guru, diharapkan memiliki keterampilan membelajarkan nilai religi melalui cerpen. Rencana, proses, dan hasil pembelajaran dapat ditulis menjadi karya ilmiah bertemakan pembelajaran nilai melalui cerpen. Artikel ini juga dapat ditindaklanjuti menjadi topik penelitian yang dapat dikerjakan oleh para peneliti untuk mendalami lebih lanjut pembelajaran nilai religi yang terdapat dalam cerpen maupun karya sastra yang lain.
Dari uraian diatas, maka  akan dibahas lebih jelas mengenai pembelajaran nilai-nilai religi pada cerpen. Pokok-pokok masalah yang akan dibahas meliputi penjelasan tentang (a) hakikat cerita pendek, (b) hakikat nilai religi, (c) teknik menemukan nilai religi pada cerpen, dan (d) pembelajaran nilai religi. Berdasarkan pokok-pokok masalah tesebut, artikel ini bertujuan untuk (a) menjelaskan hakikat cerita pendek, (b) menjelaskan hakikat nilai religi, (c) menginformasikan teknik menemukan nilai religi pada cerpen, dan (d) membahas pembelajaran nilai religi.

HAKIKAT CERITA PENDEK (CERPEN)
Cerita pendek atau cerpen adalah salah satu karya sastra yang telah dikenal oleh masyarakat dari kalangan manapun. Cerpen adalah cerita yang pada hakikatnya merupakan salah satu wujud pernyataan seni yang menggunakan bahasa sebagai media komunikasi. Cerpen telah menjadi salah satu wadah kreatifitas bagi penulis dan hiburan bagi pembacanya.
Bagi penulis, cerpen merupakan wadah kreatifitas untuk menyampaikan/ menuangkan ide-ide yang memiliki nilai sebagai refleksi atau inspirasi untuk pembaca. Suroto (1989:18) berpendapat bahwa cerpen merupakan suatu karangan prosa yang berisi cerita sebuah persitiwa kehidupan manusia pelaku dalam cerita tersebut. Pernyataan ini sama dengan Esten (1978:12) yang menerangkan bahwa cerpan adalah pengungkapan suatu kesan yang hidup dari fragmen kehidupan manusia. Interpretasi pengarang terhadap kehidupan dituangkan dalam cerpen, dimana dalam cerpen berisi cerita rekaan yang masalahnya singkat, jelas, padat, dan terkonsentrasi pada suatu peristiwa.
Bagi pembaca, cerpen adalah sebuah bacaan fiksi yang pesannya dapat didapat dalam sekali baca. Cerpen mengandung cerita penggalan hidup manusia yang ditulis secara fiksi agar menarik dan tidak membosankan. Dalam cerpen, dikisahkan sepenggal kehidupan tokoh (pelaku) yang penuh pertikaian, penuh peristiwa yang mengharukan/ menyenangkan, dan mengandung kesan yang tidak mudah dilupakan (Wiyanto, 2005:100). Dengan dibuatnya alur cerita yang tidak membosankan dan peristiwa yang menarik, pembaca dapat mengambil nilai/ amanat dari cerpen tersebut. Pergolakan jiwa pada diri pelaku dalam cerpen yang dapat menyentuh nurani pembaca dapat dikategorikan sebagai sebuah nilai terbaik dari cerpen itu sendiri.

HAKIKAT NILAI RELIGI
Nilai religius merupakan salah satu nilai yang termasuk dalam nilai moral. Secara umum moral mencakup tentang ajaran baik buruk yang diterima secara umum. Ajaran baik buruk tersebut adalah perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti, susila, dan sebagainya. Moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan mengenai pandangan hidup pengarang yang bersangkutan dengan nilai-nilai kebenaran. Nilai-nilai kebenaran itulah yang ingin disampaikannya kepada pembaca (Nurgiyantoro, 2005:320—321). Moral dalam cerita bersifat praktis, yaitu dapat ditafsirkan oleh pembaca. Moral dalam cerita pendek berarti dapat dipahami pembaca dengan mudah. Moral ini dijabarkan melalui percakapan dan sikap tokoh dalam cerpen.
Istilah religi bersifat mengatasi lebih dalam dan lebih luas. Hal ini dikarenakan istilah religi lebih menjunjung tinggi sifat-sifat manusiawi (peduli sesama), hati nurani, harkat, dan martabat serta kebebasan pribadi yang dimiliki manusia (Nurgiyantoro, 2005:321). Nilai religius merupakan nilai yang bertujuan untuk menyadarkan manusia sebagai human nature (manusia seutuhnya). Religi tidak hanya menyangkut segi kehidupan secara lahiriah melainkan juga menyangkut keseluruhan diri pribadi manusia secara total dalam integrasinya hubungan ke dalam keesaan Tuhan (Nurgiyantoro, 2005:323). Berdasarkan teori-teori tersebut dapat dijabarkan bahwa bentuk-bentuk dari nilai-nilai religi seperti nilai ketaqwaan, keimanan, tawakal, kesabaran, kejujuran, empati, saling menghormati, tolong menolong, dan lain-lain.
Nilai religi bertujuan untuk mendidik agar manusia lebih baik dan selalu ingat kepada Tuhan. Nilai religi yang terkandung dalam cerpen dimaksudkan agar pembaca mendapatkan renungan-renungan batin dalam kehidupan yang bersumber pada nilai-nilai agama. Nilai religi merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak serta bersumber pada kepercayaan atau keyakinan manusia.

TEKNIK MENEMUKAN NILAI RELIGI PADA CERPEN
Dalam karya sastra, nilai religi disampaikan pengarang secara eksplisit dengan mendorong atau mempengaruhi pembaca untuk memahami, menghayati, dan menyadari masalah serta ide mengenai nilai religi tersebut. Proses dimana pembaca, yaitu siswa sebagai peserta didik mata pelajaran Bahasa Indonesia, dapat menemukan nilai religi tersebut terdapat tiga tahap, yaitu tahap memahami ciri-ciri nilai religi, tahap membaca pemahaman, dan tahap menganalisis.
Nilai religi bersifat praktis, sebab nilai religi dapat ditampilkan atau ditemukan modelnya dalam kehidupan nyata sebagaimana model yang ditampilkan dalam cerita itu lewat sikap dan tingkah laku tokoh-tokohnya. Dengan begitu, pembaca dapat mengambil dan meresapi nilai-nilai religi yang terdapat dalam cerpen dengan mudah . Ciri-ciri dari nilai religi tersebut adalah (1) nilai tersebut bersifat mutlak (2) merupakan petunjuk bagi manusia dalam menyelenggarakan tata cara hidup yang nyata, dan (3) menekankan pada ketentraman batin, keselarasan, dan keseimbangan serta sikap menerima terhadap apa yang terjadi (Nurgiyantoro, 2005:325). Nilai dalam cerpen tidak selalu berada di akhir cerita. Nilai dalam cerpen terdapat di berbagai bagian cerita.
Berdasarkan ciri-ciri tersebut, perlu dilanjutkan dengan kegiatan membaca cerpen. Membaca adalah suatu proses aktif yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang disampaikan penulis melalui media bahasa tulis (Fardia, 2010:16). Terdapat dua ragam membaca, yaitu membaca nyaring (reading out loud) dan membaca dalam hati (silent reading). Membaca nyaring adalah proses melisankan sebuah tulisan dengan memperhatikan suara, intonasi, dan tekanan secara tepat yang diikuti oleh pemahaman makna bacaan oleh pembaca (Rahim, 2007:121). Membaca dalam hati adalah membaca yang dilakukan tanpa suara dengan tujuan untuk memahami isi teks secara lebih mendalam (Rahim, 2007:121). Membaca dalam hati dibagi menjadi dua, yaitu membaca ekstensif dan intensif (Fardia, 2010:17).
Membaca intensif adalah membaca secara cermat untuk memahami suatu teks secara tepat dan akurat (Fardia, 2010:17). Tujuannya adalah untuk memperoleh sukses dalam pemahaman penuh terhadap argumen-argumen yang logis. Membaca intensif meliputi membaca telaah isi yang bertujuan menangkap ide-ide dalam bacaan yang mencakup membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, dan membaca ide (Fardia, 2010:18). Membaca pemahaman dapat digunakan sebagai pembelajaran karena kekhasannya. Kekhasan pembelajaran ini terletak pada aspek keterampilan yang akan dibelajarkan mulai dari tahap prabaca, saat baca, dan pascabaca. Teknik dari membaca pemahaman tersebut terdapat dua, yaitu teknik scanning dan skimming. Teknik scanning merupakan teknik membaca untuk mendapatkan suatu informasi dengan mencari fakta khusus dan informasi tertentu. Teknik simming merupakan tindakan untuk mengambil intisari atau saripati dari suatu hal (Fardia, 2010:22—23). Dengan menggunakan teknik membaca skimming, siswa dapat menemukan nilai religi berdasarkan ciri-ciri nilai di atas dengan intisari yang penuh dan tepat.
Untuk memaknai nilai religi tersebut, perlu kegiatan analisis yang akurat agar mencapai pemaknaan atau pemahaman yang mendalam. Menganalisis melibatkan proses memecah-mecah materi menjadi bagian-bagian kecil dan menentukan hubungan antar bagian dan antara setiap bagian dan struktur keseluruhannya. Menganalisis ini meliputi proses kognitif membedakan, mengorganisasi, dan mengaribusikan. Membedakan melibatkan proses memilah bagian yang relevan atau penting dari sebuah struktur, proses mengorganisasi secara struktural, dan menentukan bagian-bagian yang sesuai dengan struktur keseluruhannya. Mengorganisasi melibatkan proses mengidentifikasi elemen komunikasi atau situasi dan proses mengenali elemen yang membentuk sebuah struktur koheren. Sedangkan mengatribusikan melibatkan proses dekonstruksi, yaitu penentuan tujuan pengarang tulisan (Longman, 2010:120—124).
Berikut akan dicontohkan mengenai teknik menemukan nilai religi pada cerpen “Robohnya Surau Kami”. Dalam awal cerita dapat ditemukan bahwa tokoh kakek merupakan seseorang yang taat ibadah. Penjelasan tersebut terdapat dalam kutipan cerpen berikut “dan di pelantaran kiri surau itu akan Tuan temui seorang tua yang biasanya duduk di sana dengan segala tingkah ketuaannya dan ketaatannya beribadat. Sudah bertahun-tahun ia sebagai garin, penjaga surau itu. Orang-orang memanggilnya kakek”. Nilai religi ketaatan ini merupakan contoh dari ciri nilai religi merupakan petunjuk bagi manusia dalam menyelenggarakan tata cara hidup yang nyata.
Selanjutnya, pada kalimat kedua tertulis “orang-orang suka meminta tolong kepadanya, sedangkan ia tak pernah meminta imbalan apa-apa”. Pada kalimat ini terdapat nilai religi keikhlasan yang dimiliki oleh tokoh kakek. Tokoh kakek adalah orang yang suka menolong tanpa pamrih kepada orang lain. Keikhlasan merupakan sifat terpuji yang mutlak terdapat dalam kitab suci. Sifat ini juga merupakan contoh dari ciri nilai religi menekankan pada ketentraman batin, keselarasan, dan keseimbangan serta sikap menerima terhadap apa yang terjadi.
Pada kalimat keempat terdapat nilai religi yang menerangkan bahwa tokoh kakek memiliki sifat sabar dan tawakal, berikut kutipannya “Sudah lama aku tidak marah-marah lagi. Takut aku kalau imanku rusak karenanya, ibadatku rusak karenanya. Sudah lama aku berbuat baik, beribadat, bertawakal kepada Tuhan. Sudah begitu lama aku menyerahkan diriku kepada-Nya. Dan Tuhan akan mengasihi orang-orang yang bertawakal.”. Dari kutipan tersebut, terlihat jelas perasaan takut kakek akan rusaknya amalan-amalan dan ibadah-ibadah yang telah ia lakukan selama ini. Ia hanya menyerahkan hidupnya dengan bertawakal kepada Tuhan.
Sifat sabar dan tawakal yang telah dianalisis di atas merupakan contoh dari ketiga ciri-ciri nilai religi. Sifat sabar dan tawakal merupakan sifat yang mutlak terdapat dalam kitab suci. Dengan sabar dan tawakal, maka manusia dapat menjalani kehidupan dengan tenteram dan seimbang.


PEMBELAJARAN NILAI RELIGI PADA CERPEN
Pembelajaran nilai religi pada cerpen merupakan pembelajaran dari aspek membaca dengan kompetensi dasar SMP kelas IX menganalisis nilai-nilai kehidupan cerpen pada satu buku kumpulan cerpen. Untuk mencapai kompetensi dasar tersebut, maka guru harus mampu menguasai tujuan, materi, model, media, dan sumber dari pembelajaran yang akan diajarkan. Langkah-langkah pembelajaran nilai religi pada cerpen meliputi tiga tahap, yaitu kegiatan awal, inti, dan akhir.
Pentingnya tahap awal pembelajaran direncanakan dan dilaksanakan dalam rangka menciptakan suasana kelas yang siap untuk menerima pembelajaran. Agar siswa lebih terfokus, guru harus menjelaskan tujuan dan manfaat pembelajaran. Sedangkan apersepsi dapat menggambarkan skemata awal yang dimiliki oleh siswa.
Pada tahap inti pembelajaran, skemata tersebut dikembangkan lebih lanjut oleh setiap siswa dengan memahami materi yang didialogkan dengan guru. Berdasarkan skemata tiap siswa, guru mulai memberi tugas membaca cerpen, memahami langkah-langkah menemukan nilai, kemudian menggunakannya untuk menganalisis nilai-nilai religi dalam cerpen yang sudah dibagikan. Untuk mendalami lebih lanjut nilai-nilai religi, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdialog dengan teman secara kooperatif mengenai hakikat nilai-nilai religi yang ditemukan. Guru berperan sebagai fasilitator dan memberikan reinforcement terhadap proses belajar siswa.
Pada tahap akhir pembelajaran, siswa dididik untuk terbiasa mengambil kesimpulan mengenai nilai-nilai religi yang telah ditemukan di bawah bimbingan guru. Kesimpulan tersebut diharapkan merupakan rumusan siswa sendiri, dengan kriteria terdapat klasifikasi dan hakikat nilai religi. Penilaian pembelajaran perlu dilaksanakan guru agar mencapai penilaian yang maksimal untuk proses pembelajaran siswa. Penilaian merupakan bagian dari evaluasi yang menyangkut penilaian proses dan hasil. Sasaran penilaian proses adalah pelaksanaan dan pengelolaan pembelajaran (Indrayanto, 2010). Penilaian hasil dapat dilihat dari lembar jawaban kerja siswa yang diberikan oleh guru. Selain itu, perlu dilakukan refleksi bersama guru siswa mengenai kendala yang dialami siswa dan manfaat nilai religi yang dapat diambil untuk diterapkan dalam kehidupan siswa.
Uraian di atas dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai kegiatan praktis pembelajaran yang menampilkan urutan sistematis aktivitas guru dan siswa. Pada kegiatan awal, guru dan siswa menampilkan aktivitas: (1) guru mengkondisikan suasana kelas, (2) guru melakukan apersepsi, (3) guru dan siswa berdialog tentang tujuan dan manfaat pembelajaran. Pada kegiatan inti, guru dan siswa melakukan aktivitas: (1) guru dan siswa membahas materi pembelajaran berupa cerpen, nilai-nilai religi, teknik menemukan nilai religi, (2) guru menugaskan siswa untuk membaca cerpen yang telah dibagikan kepada masing-masing siswa, (3) guru menanyakan kepada siswa mengenai garis besar cerita yang telah mereka baca, (4) guru menugaskan siswa menemukan nilai menggunakan teknik menemukan nilai religi, (5) siswa berdialog dengan temannya nilai religi yang sudah ditemukan, (6) guru menugaskan siswa menuliskan dan menjelaskan analisis dari  nilai-nilai religi cerpen yang telah ditemukan di lembar jawaban yang telah diberikan, (7) lembar jawaban dikumpulkan kepada guru, (8) guru menugaskan beberapa siswa untuk menjelaskan nilai religi cerpen yang telah ditemukan. Kegiatan akhir meliputi: (1) guru bersama siswa menarik kesimpulan dari pembelajaran menganalisis nilai religi pada cerpen tersebut, (2) guru melaksanakan penilaian untuk mengetahui pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan (3) guru bersama siswa mengadakan refleksi meliputi kendala siswa dalam menganalisis nilai religi pada cerpen, manfaat nilai religi yang ditemukan.

PENUTUP
Pembelajaran nilai religi pada cerpen yang berdasarkan kompetensi dasar menganalisis nilai-nilai kehidupan cerpen pada satu buku kumpulan cerpen merupakan pembelajaran yang menekankan pada aspek membaca dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Desain pembelajaran dikembangkan berdasarkan tiga tahap pembelajaran, yaitu tahap awal, inti, dan akhir. Ketiga tahap itu saling berkaitan sebagai satu kesatuan dalam kerangka penggalian dan analisis nilai-nilai religi cerpen. Dalam hal ini, peran siswa lebih aktif karna diposisikan sebagai subyek yang melakukan aktivitas belajar. Peran seperti inilah yang diharapkan dapat memberikan pengalaman dan hasil belajar berdasarkan temuan siswa sendiri. Selain itu, dengan pembelajaran nilai religi pada cerpen, siswa dapat membaca lebih kritis dan teliti dalam menganalisis nilai-nilainya. Untuk mencapai hasil yang kritis dan teliti, siswa juga perlu untuk meresapi cerita dan nilai tersebut. Dengan begitu, selain mencapai hasil analisis yang krisis dan teliti, siswa juga dapat meresapi nilai tersebut dalam kehidupannya. Dalam menganalisis nilai religi, siswa perlu memahami apa hakikat dari nilai religi dan ciri-ciri dari nilai religi agar dapat menemukannya di dalam cerpen dengan mudah dan tepat.
Guru sebagai penuntun siswa dalam proses pembelajaran harus bisa membuat pembelajaran yang menarik dan menyenangkan agar siswa dapat menerima pembelajaran dengan jelas dan menyenangkan. Guru harus menguasai materi yang akan diberikan juga kondisi siswa yang akan diajar. Oleh karna itu, keterampilan dan penguasaan seorang guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran sangatlah penting. Dengan begitu, siswa juga merasa tidak terbebani selama proses pembelajaran. Dengan kinerja yang bagus antara guru dengan siswa akan tercipta proses pembelajaran yang baik, inovatif, menarik dan siswa dapat termotivasi sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang baik sesuai standar ketuntasan minimal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar