Mengenai Saya

Foto saya
Perempuan kelahiran Kota Malang yang terus belajar, mencoba, lalu berkreasi
Hai! Selamat datang dan selamat menikmati sajian tulisan-tulisan yang semoga bermanfaat ini. Kotak saran dan kritik sangat terbuka, jadi jangan sungkan-sungkan untuk memberikan komentar. Jangan lupa menuliskan sumbernya ya jika mau merujuk tulisan-tulisan di blog ini. Have a nice surf :)

Minggu, 13 Februari 2011

Faktor-Faktor Keberhasilan Menyimak

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN MENYIMAK PADA UMUMNYA
Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi keberhasilan menyimak. Tarigan (1990) dan Solichi dkk (1976) menyebutkan factor tersebut meliputi hal-hal berikut:
1. Faktor fisik
Yang dimaksud faktor fisik di sini adalah dapat berupa factor internal yakni keadaan fisik penyimak serta factor eksternal yakni factor yang berasal keadaan dari si pembicara. Gangguan fisik tersebut bisa berupa kelelahan, kurang gizi, dan mengidap penyakit fisik (Tarigan, 1990). Dengan begitu, kesehatan dan kesejahteraan fisik penyimak waktu melakukan kegiatan menyimak merupakan model yang penting dalam menentukan keberhasilan menyimak.
2. Faktor psikologis
Yang dimaksud faktor psikologis adalah faktor yang melibatkan sikap/ minat/ motivasi dan sifat-sifat pribadi penyimak terhadap apa yang disimak (Tri Priyatni dkk, 1996). Faktor tersebut dapat berupa prasangka dan kurang simpatik terhadap pembicara, keegosentrisan terhadap minat dan masalah pribadi, kepicikan yang menyebabkan pandangan kurang luas, kebosanan dan kejenuhan yang menyebabkan tidak adanya perhatian terhadap topik pembicaraan, dan sikap yang tidak layak terhadap pembicara maupun topik yang dibicarakan. Jalan keluar dari faktor ini adalah kita sebagai pembimbing penyimak bisa memberikan bimbingan untuk memperbaiki kondisi yang negatif.
3. Faktor pengalaman
Faktor pengalaman yang telah dimiliki penyimak misalnya berupa pengalaman masa lalu, peristiwa yang pernah dialami oleh yang berhubungan dengan topik yang disimak ataupun pengetahuan kekayaan kosakata yang berupa idiom, istilah, kata-kata sulit yang dimiliki oleh si penyimak sangat membantu untuk menangkap pesan tuturan wacana baru yang disimak.
4. Faktor Jenis Kelamin
Beberapa peneliti menunjukkan adanya perbedaan perhatian dan cara merumuskan perhatian antara anak laki-laki dan perempuan dalam kegiatan menyimak. Penelitian yang dilakukan Silverman dan Webb dalam Tarigan (1990) menemukan fakta bahwa laki-laki pada umumnya bersifat objektif, aktif, keras hati, rasional, keras kepala/ pantang mundur, bersifat mengganggu, mandiri, dan menguasia emosi. Sedangkan wanita lebih bersifatr subjektif, pasif, simoatik, difusif, sensitif, mudah terpengaruh, cenderung memihak, mudah mengalah, represif, bergantung, dan emosional. Sehubungan dengan itu, pembimbing harus bersikap bijaksana dalma menghadapi perbedaan tersebut dalam kegiatan pengajaran menyimak.
5. Faktor Lingkungan
Lingkungan kelas yang kondusif, misalnya sarana yang mendukung terciptanya suasana kelas yang kondusif dalam proses menyimak, antara lain berupa ruang kedap suara, pengaturan tempat duduk yang memungkinkan semua siswa mendapatkan kesempatan yang sama dalam proses menyimak, arahan pembimbing yang jelas dan tegas, dan suara pembacaan wacana baik yang dibacakan oleh seseorang atau rekaman tape recorder yang jelas, suasana yang mendorong siswa dapat mengekspresikan ide secara bebas berhubungan dengan topik yang disimak sangat membantu terhadap keberhasilan pengajaran menyimak.


FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN MENYIMAK DALAM KEGIATAN MENYIMAK SOSIAL
1. Topik dan Tujuan Pembicaraan
Dalam bercakap-cakap, mengobrol, dan sebagainya pada umumnya topik dan tujuan pembicaraan jarang dan bahkan tidak pernah ditemukan. Karena itu, pengetahuan dan pengalaman yang luas serta ketajaman berfikir dalam menangkap isi pembicaraan dari si penyimak sangat menentukan keberhasilan dalam menyimak sosial. Selain itu, pembicaraan yang disampaikan harus baru atau hangat, karena ini akan menarik dan dinikmati oleh penyimaknya. Sedangkan pembicaraan yang disampaikan harus bermakna dan berguna bagi penyimaknya. Dalam hal ini setiap materi yang disampaikan tidaklah semua bermakna bagi penyimaknya, ini tergantung dari kebutuhan penyimaknya. Taraf kesukaran pembicaraanpun harus seimbang dengan taraf kemampuan penyimak. Untuk itu, dalam faktor pembicaraan perlu juga pembicara menyampaikan wacana dengan sistematis agara mudah dipahami.
2. Faktor Si Pembicara
Gaya penyampaian permasalahan dari setiap orang dalam berbicara berbeda satu dengan lainnya. Misalnya masing-masing pembicara memiliki pilihan kata, penyusunan kalimat, alur pembicaraan, tanpa berbicara dan sebagainya, sangat berbeda satu dengan yang lain. Hal ini juga akan mempengaruhi pada hasil simakan. Selain itu, terdapat pula enam tuntutan yang harus dipenuhi pembicara:
 Penguasaan materi
Pembicara harus menguasai materi yang akan disampaikan. Pembicara dalam menyampaikan materi harus menguasai, memahami, menghayati apa yang disampaikan pada penyimak.
 Berbahasa baik dan benar
Pembicara dalam menyampaikan isi pembicaraan harus menggunakan ucapan yang jelas, intonasi yang tepat, kalimat yang sederhana dan istilah yang tepat. Selain itu isi pembicaraan harus sesuai dengan tahap penyimaknya.
 Percaya diri
Pembicara harus percaya diri, tampil dengan mantap serta meyakinkan penyimak.
 Berbicara sistematis
Pembicaraan yang disampaikan harus sistematis dan bahan yang disampaikan mudah dipahami.
 Gaya menarik
Pembicara harus tampil menarik dan simpatik, tidak bertingkah laku berlebihan karena akan membuat penyimak beralih dari isi pesan ke tingkah laku yang dianggap aneh.
 Kontak dengan penyimak
Dalam berbicara, pembicara harus kontak dengan penyimak dan menghargai, menghormati serta menguasai para penyimak.
3. Faktor Si Penyimak
Bagi si penyimak sendiri memiliki berbagai perbedaan baik dari sisi pengetahuan, pengalaman, ketajaman berpikir, kondisi mental maupun kesempurnaan organ telinganya. Tentulah hal ini sangat mempengaruhi hasil simakan seseorang. Sebelum menyimak, penyimak diwajibkan untuk memusatkan perhatian terhadap bahan simakan. Hindari hal-hal yang menganggu konsentrasi penyimak. Hal ini bertujuan agar penyimak dapat merumuskan secara tegas arah keinginan dalam menyimak.
4. Faktor Situasi dan Kondisi
Dalam menyimak, ruangan perlu diperhatikan yaitu ruangan yang memenuhi persyaratan. Misalnya penerangan, tempat duduk, tempat pembicara, luas ruangan, dan alat-alatnya. Waktupun sangat penting dalam menyimak karena ini akan mempengaruhi si penyimak. Pilihlah waktu yang tepat, misalnya: pada pagi hari saat menyimak masih segar dan rilek. Selain faktor eksternal yang telah disebutkan, faktor internalnya berasal dari kondisi si penyimak. Kondisi tubuh si penyimak haruslah prima agar dapat memaksimalkan hasil simakan.


PRASYARAT MENYIMAK YANG EFISIEN
1. Keberhasilan menyimak bergantung pada sikap penyimak
Menyimak yang efisien menuntut sikap obyektif, yaitu sikap yang tidak berpihak dan sikap kooperatif. Andaikata penyimak itu mempunyai sikap prasangka, pasti ia akan mendengarkan fakta-fakta atau pendapat-pendapat yang cocok dengan keyakinannya sendiri. Orang-orang yang bersikap dogmatis biasanya menyebabkan penyimak-penyimak menjadi “miskin”, mereka biasanya menolak mendengarkan pandangan-pandangan yang berlawanan disebabkan oleh prasangka mereka.
2. Keberhasilan menyimak bergantung pada perhatian
Kita akan bersedia menyimak sesuatu bila ada ide-ide yang menarik perhatian kita. Ada bermacam-macam perhatian, yaitu: perhatian primer, perhatian sekunder, dan perhatian sesaat. Kita akan menunjukkan perhatian primer bila ada pertalian langsung antara apa yang kita simak dari pembicara dengan kepentingan kehidupan kita sehari-hari. Contoh, kita akan menunjukkan adanya perhatian yang cukup aktif terhadap sesutau perkembangan pendidikan di sebuah universitas apabila pembicara mengetengahkan adanya usaha menaikkan uang SPP. Selain itu, orang juga akan menunjukkan perhatian pada perhatian sekunder. Seperti contoh, anggota-anggota suatu masyarakat berpendapat program kerja kemasyarakatan tentu cepat menarik perhatian, tetapi bila timbul veto adanya penarikan sumbangan yang dapat menghentikan adanya usaha penarikan itu, maka kita akan begitu tertarik dan gembira menghadapi masalah tersebut.
Persoalan lain yang dapat juga menarik perhatian adalah jenis perhatian sesaat (perhatian temporer). Misalnya kita akan mneunjukkan perhatian kita yang lebih besar pada masalah-masalah pemilihan umum pada tahun-tahun pemilihan umum itu berlangsung. Orang akan menunjukkan adanya perhatian sesaat yang lebih besar pada masalah-masalah yang bersifat temporer, bila pembicara mengacu pada jenis perhatian tersebut.
3. Keberhasilan menyimak bergantung pada motivasi
Ada berbagai motivasi dalam kehidupan manusia, yaitu:
a. Motivasi kelangsungan hidup pribadi
Penjagaan kelangsungan hidup pribadi boleh dikatakan merupakan motivasi pendorong yang paling dasar. Manusia berusaha memperbesar hasratnya untuk mempertahankan diri dengan menambah makanan dan perlindungan demi kesehatan dan kesenangannya, demi gagasan dan kepentingan jasmaninya. Contohnya, orang-orang mengunci rumah untuk melindungi hak miliknya.
Andaikata pembicara sanggup menghubungkan hal-hal di atas dengan hasrat dasar untuk mempertahankan hidup pribadi seperti di atas, orang tentu akan berusaha menyimak dengan yang sangat besar.
b. Motivasi hak milik
Hasrat pemilikan pada benda-benda material memainkan peranan yang penting dalam kehidupan kebanyakan manusia. Pada umumnya kita mempuyai hasrat untuk memiliki tanah, benda-benda berharga, uang atau barang-barang milik yang lain, yang dapat menjadi milik pribadi.
Jika seorang pembicara dapat menunjukkan kepada para penyimaknya bagaimana orang dapat menambah keuntungan, bagaimana orang dapat mengerjakan tugas-tugasnya lebih efisien, bagaiman menyimpan uang, atau bagaimana kita dapat menambah milik pribadi, tentu pembicara tadi akan dapat membuat para pendengarnya mau menyimak dengan seluruh kemampuan yang ada.
c. Motivasi kekuasaan
Orang-orang yang penuh ambisi selalu berusaha memperbaiki dirinya, mereka berusaha mencari posisi yang bertanggung jawab, sehingga mereka dapat memiliki kekuasaan dan wibawa di antara kawan yang lain.
Pembicara yang mampu menunjukkan kepada para pendengarnya bagaimana kita dapat menambah pengaruh dan wibawa kita, tentu akan menambah hasrat seseorang untuk menyimak gagasan-gagasannya dengan tekun.
d. Motivasi keharuman nama
Hasrat akan kemashuran dan pengaguman merupakan motif yang umum juga secara universal. Banyak orang yang berusaha untuk memperoleh restu masyarakat supaya dihormati oleh kelompok mereka. Seperti contoh, seorang pelajar berusaha memeroleh medali, hadiah, dan penghargaan yang lain sebab pelajar tersebut mengharapkan adanya pengaguman dari sesama kawan pelajar.
Pembicara yang dapat menunjukkan ide-ide dalam pembicaraannya hendaknya dapat menunjukkan pula bagaimana cara mempertinggi reputasi. Pembicara yang demikian akan selalu disimak ide-idenya.

e. Motivasi kasih sayang
Standar etika dalam permainan, honorarium perseorangan, dan rasa hormat kepada orang lain timbul atas dasar motivasi yang kuat oleh adanya perasaan cinta dan kasih sayang. Sikap religius tumbuh oleh adanya rasa cinta kepada Yang Mahakuasa.
Pembicara yang sanggup menyerukan hal-hal yang demikian akan menyebabkan para pendengar mau menyimak dengan tekunnya.
f. Motivasi perasaan atau emosi
Emosi dapat menentukan tumbuhnya kesadaran loyalitas serta patriotisme pada diri seseorang. Kesadaran perasaan loyalitas kita menyebabkan kita mau memelihara persahabatan dengan orang-orang yang telah mempunyai adat kebiasaan yang sama.
Pembicara yang mampu menyerukan timbulnya perasaan demikian akan menumbuhkan perangsang hadirin untuk bersedia menyimak gagasan-gagasannya
g. Motivasi cita rasa
Cinta kepada keindahan, petualangan, dan pengalaman baru menimbulkan motivasi pada manusia sensitif. Tidak semua aktivitas kita dimotivasi atas dasar pertimbangan-pertimbangan praktis, ada juga beberapa hal yang timbul karena adanya apresiasi cita rasa keindahan. Kita bersedia mengapresiasi karya-karya lukisan, musik, puisi, drama, atau patung karena fakta-fakta tersebut dapat menimbulkan kepada kita kesadaran akan manfaatnya keindahan.
4. Keberhasilan menyimak bergantung pada keadaan emosi
Kemauan dan keberhasilan kita untuk menyimak banyak juga bergantung pada kesadaran emosi kita. Ketidakberhasilan menyimak yang tidak kita inginkan mungkin merupakan hasil dari gangguan emosi. Mislanya keseganan menghadiri pembicaraan, kurang tertarik pada masalah pembicraan, atau sikap pada waktu menyimak yang dapat menimbulkan problem-problem yang menekan perasaan. Dengan kemudian dapat kita sederhanakan menjadi: kita akan menyimak apa-apa yang kita butuhkan. Kita bersedia menyimak apa-apa yang menyenangkan. Sebaliknya kita akan menolak untuk menyimak kebalikan dari gagasan-gagasan atau keyakinan yang telah kita yakini dengan kuat.

1 komentar:

  1. alo ka,,,sya mao nnya smber materinya dari buku ap ya??? tlong tulisan daftar pustakanya donk,,trimakasih..

    BalasHapus