Mengenai Saya

Foto saya
Perempuan kelahiran Kota Malang yang terus belajar, mencoba, lalu berkreasi
Hai! Selamat datang dan selamat menikmati sajian tulisan-tulisan yang semoga bermanfaat ini. Kotak saran dan kritik sangat terbuka, jadi jangan sungkan-sungkan untuk memberikan komentar. Jangan lupa menuliskan sumbernya ya jika mau merujuk tulisan-tulisan di blog ini. Have a nice surf :)

Minggu, 13 Februari 2011

Dasar-Dasar Filsafat dan Hubungan Filsafat dengan Ilmu


Oleh: Silka Yuanti Draditaswari
Mahasiswa Sastra Indonesia Fakultas Sastra
Universitas Negeri Malang



Filsafat mempunyai pengertian/ definisi yang bermacam-macam dari para ahli maupun filosof. Contoh-contohnya adalah seperti Soetopo (2004:1) menarik pengertian filsafat dari dua pengertian dasar, yaitu pengertian etimologis dan pengertian semantik.
Pengertian etimoligis filsafat berasal dari kata “filos” yang berarti cinta dan “sofia” yang berarti kebijakan, kebijaksanaan, dan kebenaran. Dengan demikian kata filsafat berarti cinta terhadap kebijakan dan kebijaksanaan. Sedangkan, pengertian semantik filsafat adalah pengetahuan yang mempelajari hakikat segala sarwa yang ada dan yang mungkin ada sedalam-dalamnya yang dilakukan secara radikal dan menyeluruh.
Berdasarkan pengertian itu, berarti orang yang belajar filsafat adalah orang yang cinta akan kebajikan, kebijaksanaan, dan kebenaran. Kajiannya dilakukan dengan berusaha mengetahui suatu hal sedalam-dalamnya, sehingga sampai pada hakikat yang sebenar-benarnya, sampai pada seinti-intinya. Orang yang ahli dalam filsafat disebut filosof atau ada yang menyebutnya filsuf. Bidang kajian filsafat sangat luas, yaitu segala sarwa atau segala hal yang ada, bahkan yang mungkin ada. Alat utama untuk mengkaji sarwa itu adalah pikiran atau nalar. Pikiran atau nalar kita bisa menjelajah ke hal-hal yang ada dan yang mungkin ada.

Sedangkan, Beerling (2003:1) mempunyai pendapat yang berbeda tentang filsafat.
Filsafat ilmu ialah penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara-cara untuk memperolehnya. Dengan kata lain, filsafat ilmu sesungguhnya merupakan suatu penyelidikan lanjutan. Karena, apabila para penyelenggara pelbagai ilmu melakukan penyelidikan terhadap objek-objek serta masalah yang berjenis khusus dari masing-masing ilmu itu sendiri, maka orangpun dapat melakukan penyelidikan lenjutan terhadap kegiatan-kegiatan ilmiah tersebut.

Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa filsafat ilmu adalah sebuah penyelidikan untuk mempelajari, mencari, maupun menggali sesuatu dengan menyeluruh dan mendasar yang dilakukan untuk menemukan suatu kebenaran, kebijakan, dan kebijaksanaan dengan tujuan akhir untuk diintegrasikan kepada lingkungan sekitar.
Dasar-dasar filsafat terdapat tiga, yaitu penalaran, logika, dan sumber pengetahuan. Penalaran yang secara benar dan sungguh-sungguh hanya dimiliki oleh manusia. Manusia mampu berfikir lebih dalam, lebih jelas. Manusia mampu mengerti apa dan mengapa gejala-gejala yang terjadi di sekitarnya. Manusia bernalar, merenung, dan berfikir di alam sadar mereka. Untuk itulah penalaran termasuk dasar-dasar filsafat.
Dasar filsafat yang kedua adalah logika. Logika didasarkan pada cara berpikir manusia yang sesuai dengan keadaan tertentu. Logika tidak pernah mengatakan salah. Karena logika sesuai dengan keadaan yang ada di sekitar manusia.
Dasar filsafat yang ketiga adalah sumber pengetahuan. Hipotetik yang kita hasilkan setelah penalaran harus kita kaji secara benar. Sumber pengetahuan didapat dari pikiran rasional dan pengalaman empirik manusia. Kedua hal ini harus seimbang dan harus saling memadai. Pikiran rasional yang idealisme dibutuhkan sebagai teori pendukung. Sedangkan pengalaman yang empirik dibutuhkan untuk mendukung pemikiran-pemikiran yang muncul.
Filsafat ilmu terbagi menjadi tiga hal yang dipusatkan sebagai rumusan masalah suatu hal yang dicari. Ontologi (apa), epistemologi (bagaimana), dan axiologi (untuk apa). Ontologi menjangkau segalanya yang berada di sekitar manusia. Ontologi berarti apa yang dimaksud dengan itu? (sesuatu yang kita pelajari). Apakah makna, hakikat dari sesuatu itu? Hakikat dari sesuatu itu akan dihubungan dengan keadaan lingkungan filosof, umat manusia.
Epistemologi berarti bagaimana caranya untuk berkehidupan? Bagaimana cara memperlakukan sesuatu itu? Bagaimana cara adaptasi dengan sesuatu itu?
Axiologi mempertanyakan tujuan, fungsi, untuk apa sesuatu yang telah didapat. Apakah fungsinya berkesan baik? Atau berkesan tidak baik? Sesuatu yang baik akan diintegrasikan kepada umat manusia. Sesuatu yang tidak baik, akan dipikir secara matang kembali dan jika tetap berkesan tidak baik, maka sesuatu itu tidak diintegrasikan kepada lingkungan filosof.
Ilmu adalah hasil pemikiran filsafat. Namun, ilmu bersifat terbatas dan menjawab. Maksud terbatas adalah pembelajaran ilmu tidaklah luas. Jika satu ilmu yang dipelajari, maka kita hanya berkutat di ilmu tersebut. Lain dengan filsafat. Filsafat bersifat luas dan mencari. Filsafat tidak ada batasnya untuk dijadikan wadah perenungan dan filsafat tidak pernah puas akan hasil perenungan. Filsafat akan terus mencari dan mencari, menggali dan menggali sesuatu yang belum ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar