Mengenai Saya

Foto saya
Perempuan kelahiran Kota Malang yang terus belajar, mencoba, lalu berkreasi
Hai! Selamat datang dan selamat menikmati sajian tulisan-tulisan yang semoga bermanfaat ini. Kotak saran dan kritik sangat terbuka, jadi jangan sungkan-sungkan untuk memberikan komentar. Jangan lupa menuliskan sumbernya ya jika mau merujuk tulisan-tulisan di blog ini. Have a nice surf :)

Minggu, 27 Januari 2013

BAGAIMANA MANUSIA MEMAHAMI UJARAN


Terdapat dua macam komperehensi dalam ilmu psikolinguistik. Pertama adalah pemahaman dari ujaran yang telah didengar. Kedua adalah pemahaman mengenai tindakan yang harus dilakukan setelah pemahaman ujaran tersebut. Pada tahap pemahaman kedua tersebut, pendengar menentukan tindakan yang perlu dilakukan sesuai dengan apa yang ia pahami. Berikut akan dijelaskan mengenai beberapa aspek yang harus dikuasai agar memahami ujaran dengan benar.
            Pertama adalah struktur batin dan struktur lahir. Suatu ujaran dapat dipahami dari urutan kata dalam ujaran atau ciri-ciri kata yang digunakan. Makna suatu kalimat tidak hanya ditentukan oleh ujaran yang didengar atau dilihat saja, tetapi oleh representasi yang mendasarinya juga. Dengan kata lain, struktur kalimat tidak hanya memiliki struktur lahir tetapi struktur batin juga. Perbedaan struktur lahir dan struktur batin ini sangat penting untuk pemahaman kalimat karena proses mental yang dialami manusia dalam menanggapi kalimat ambigu berbeda satu sama lain dengan kalimat yang tidak ambigu. Seseorang dapat memahami suatu kalimat apabila ia memahami apa yang terkandung dalam kalimat itu. Berikut adalah contohnya, “Lelaki dan wanita tua itu masih dapat bermain tenis.” Kalimat tersebut mengandung berbagai macam interpresentasi makna. Interpresentasi makna pertama adalah lelaki yang bermain dengan wanita tua itu adalah lelaki muda/ tidak tua. Interpresentasi makna kedua adalah lelaki yang bermain adalah lelaki tua. Kedua interpresentasi ini muncul karna adjektiv tua yang berfungsi sebagai pembatas hanya pada nomina wanita saja atau pada frasa lelaki dan wanita itu.
            Kedua adalah preposisi. Kalimat adalah kesatuan ujaran atau bahasa yang terdiri dari berbagai macam bunyi yang membentuk sukukata kemudian kata lalu frasa sehingga membentuk sebuah kalimat. Untuk memahami sebuah ujaran harus  memahami bunyi dan kata-katanya sehingga terbentuklah representasi makna yang sebenarnya. Unit-unit makna pada kalimat itu dinamakan preposisi. Preposisi terdiri dari dua bagian, yaitu argumen dan predikasi. Argumen adalah perihal-perihal yang dibicarakan. Predikasi adalah pernyataan yang dibuat mengenai argumen. Dalam sebuah kalimat dapat mengandung lebih dari satu preposisi. Preposisi ini penting karna merupakan bagian dari pemahaman kalimat yang sebenarnya.
            Seorang pendengar menerima masukan berupa rententan kata yang disusun secara linear. Dari susunan itu pendengar membangun suatu susunan preposisi hierarkhis dari yang rendah ke tinggi. Begitu mendengar sebuah kata, proses mental mulai bekerja dan membangun makna untuk kata tersebut dengan memanfaatkan fitur-fitur yang ada pada kata itu. Berikut contohnya, “Preman tua itu mencuri sepeda saya.” Pada kalimat tersebut terdapat preposisi-preposisi:
a.       Seseorang mencuri sepeda
b.      Seseorang itu adalah preman
c.       Reman itu tua
d.      Sepeda itu sepeda saya
e.       Kejadian yang menyatakan masa lalu.
Ketiga adalah konstituen sebagai realita psikologis. Sebuah kalimat mengandung potongan-potongan konstituen. Konstituen bukan sekedar potongan kalimat yang bersifat arbiter. Konstituen tersebut memiliki landasan psikologis maupun sintaksis yang kuat. Landasan pertama adalah konstituen merupakan satu kesatuan yang utuh secara konseptual. Contohnya adalah frasa preman tua dalam kalimat Preman tua itu mencuri sepeda saya. Frasa preman tua dapat diganti dengan konstituen lain yang berupa satu kata, yaitu Alex atau dia. Landasan kedua adalah pemotongan kelompok kata di luar konstituen akan mengganggu komperehensi pendengar. Landasan ketiga adalah kesatuan makna dari konstituen-konstituen akan tersimpan dalam memori, bukan kata-kata yang terlepas dari konstituennya.
            Terdapat tiga faktor agar pendengar dapat memahami suatu ujaran dengan baik. Faktor pertama adalah pengetahuan dunia. Alam sekitar manusia memberikan pengetahuan-pengetahuan tentang kehidupan di dunia. Sebagian dari pengetahuan ini bersifat universal sedangkan sebagian lainnya mengenai kehidupan masyarakat sekitar. Pengetahuan yang tidak universal adalah pengetahuan tentang budaya atau masyarakat yang lebih spesifik. Kaitannya dengan komprehensi bahasa adalah luas sempitnya pengetahuan mempengaruhi pemahaman sebuah ujaran atau bahasa. Contohnya adalah kalimat Ini malam Jum’at kliwon, kan?. Kalimat ini memiliki konstituen frasa Juma’at Kliwon yang umum maknanya bagi orang Jawa, sedangkan orang di luar Jawa kurang begitu memahami makna dari frasa tersebut.
            Faktor kedua adalah faktor sintaktik. Struktur konstituen mengadung struktur sintaktik. Untuk membantu memahami sebuah ujaran, berikut akan dijelaskan strategi-strategi memahami struktur sintaktinya. (1) Setelah mengidentifikasi kata pertama dari suatu konstituen yang didengar, proses menatal akan mencari kata lain yang selaras dengan kata pertama dalam konstituen tersebut. (2) Setelah mendengar kata pertama dalam suatu konstituen, perhatikan apakah kata berikutnya mengakhiri konstruksi itu. Secara intuitif, otak akan mencari kata-kata atau anak kalimat lain yang muncul jika ujarannya belum berakhir. (3) Setelah mendengar suatu verba, carilah macam serta jumlah argument yang selaras dengan verba tersebut. Contohnya jika mendengar memukul, maka argumen yang diharapkan muncul adalah benda ataum akhluk apa yang dipukul. (4) Tempelkanlah tiap kata baru pada kata yang baru saja mendahuluinya. Strategi ini berkaitan dengan kenyataan bahwa wujud kalimat memang dalam bentuk linear sehingga kata yang mengikuti biasanya menjelaskan kata yang mendahuluinya. (5) Pakailah kata atau konstituen pertama dari suatu klausa untuk mengidentifikasi fungsi dari klausa tersebut. (6) Dalam bahasa tertentu (seperti bahasa Inggris), afiks juga dapat memberikan bantuan dalam pemahaman. Contohnya adalah I know the boys’ cook dengan I know the boys cooked.
            Faktor ketiga adalah faktor semantik. Terdapat pula strategi-strategi untuk memahami makna dari ujaran tersebut. Strategi tersebut adalah (1) pakailah nalar dalam memahami ujaran, (2) carilah konstituen yang memenuhi syarat-syarat semantik tertentu, (3) apabila ada urutan ata N V N, maka N yang pertama adalah pelaku perbuatan, (4) bila dalam wacana ditemukan pronomina maka dicari dulu antisedennya dalam kalimat sebelumnya, dan (5) informasi lama biasanya mendahului informasi baru.
            Keempat adalah ambiguitas. Dari segai pemrosesan untuk pemahaman, kalimat yang ambigu memerlukan waktu yang lebih lama untuk diproses. Hal ini terjadi karna pendengar menerka makna tertentu tetapi terkaan dia salah sehingga dia harus mundur lagi untuk memproses ulang seluruh intrpretasinya. Dilihat dari unsure leksikal dan struktur kalimatnya, ambiguitas dibagi menjadi dua macam, yaitu ambiguitas leksikal dan ambiguitas gramatikal. Ambiguitas leksikal adalah ambiguitas yang penyebabnya bentuk leksikal yang dipakai. Ambiguitas gramatikal adalah ambiguitas yang penyebabnya adalah bentuk struktur kalimat yang dipakai.
            Untuk memahami kalimat ambigu tersebut, terdapat dua teori untuk memprosesnya. Teori pertama adalah Garden Path Teory. Teori ini memiliki dua prinsip, yaitu Minimal Attachment Principle (MAP) dan Late Closure Principle (LAP). Pada MAP, orang menempelkan tiap kata yang didengar pada struktur kalimat yang ada pada bahasa tersebut. Orang menempelkan kata demi kata secara minimal, artinya, menempelkan pada katayang terdekat sebelumnya. Pada LCP, orang menempelkan kata-kata yang masuk bila memang strukturnya memungkinkan. Teori Garden Path Teory ini memiliki kekurangan, yaitu hanya mendasarkan interpretasi makna dalam satu kemungkinan saja.
            Teori kedua adalah Constraint Satisfaction Theory. Model-model dalam teori ini mengikuti pandangan kaum koneksionis yang menyatakan bahwa unit-unit pemrosesan awal memiliki kendala daya asosiatif yang berbeda-beda. Kata yang sering dipakai akan lebih cepat diproses daripada kata yang jarang dipakai, makna yang umum dimengerti orang akan lebih awal muncul daripada makna yang khusus. Menurut teori ini, orang sejak semula memiliki pengetahuan tentang kegandaan makna suatu kata karna pada tiap kata yang didengar akan diberikan fitur-fiturnya. Fitur yang digunakan salah satunya akan menjadi fitur yang dominan.
            Kelima adalah penyimpanan kata. Terdapat dua pandangan mengenai proses penyimpanan kata dalam benak manusia. Pandangan pertama adalah tiap kata disimpan secara utuh sebagai kata. Contohnya adalah kata-kata datang, mendatang, mendatangi, mendatangkan, kedatangan, berdatangan, dan pendatang disimpan dalam tujuh kotak yang berbeda. Pandangan ini belum dibenarkan seutuhnya karna jika banyak kata yang disimpan, makan otak akan memuat kata-kata yang terlalu banyak hingga menjadi penuh.
            Pandangan lainnya adalah penyimpanan kata dalam pikiran atau benak bukan berdasar pada kata, tetapi pada morfem. Pada model ini hanya da morfem bebas daang dan morfem terikat seperti men-, kan-, -i, ke-an, -an, dan ber-. Kata yang diperlukan harus ditempelkan dengan morfem yang cocok. Keuntungan dari pandangan ini adalah otak akan memiliki kotak penyimpanan yang lebih kecil. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar